Mengenai Saya

Foto saya
Ketika sebuah kalimat yang keluar dari mulut tak bisa didengarkan oleh orang lain. Maka Menulislah, disitu Anda akan dikenang sepanjang usia Anda, karena mungkin kata-kata yang keluar dari mulut tak bisa mengubah seseorang, tetapi tulisan yang dibaca berulang bisa menjadi pengaruh untuk seseorang. Maka Menulislah!

Kamis, 02 Februari 2012

Dialah Lelaki Mulia


Selasa! Pagi itu tampak mendung dan matahari seperti enggan menampakkan cahaya walaupun hanya untuk sekedar menyapa dunia. Hari ini adalah hari dimana aku akan mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Sejak pagi aku sibuk menyiapkan apa saja yang akan aku bawa ketika akan mengikuti tes nanti. Saat itu juga ibuku hendak pergi untuk berkunjung ke rumah sanak saudara yang berada di lenteng agung. Tiba-tiba saat ibuku bersiap untuk berangkat dengan kakakku, telepon genggam miliknya berdering,
“krriiiinnnggg........krriiinnngggg..........” suara telepon milik ibu seperti ingin dijawab panggilannya oleh ibuku karena suaranya yang sangat tidak merdu.
“ya halo? Kenapa de?” jawab ibuku yang memang sudah tahu siapa yang menelpon dari layar teleponnya.
“teh, bapak teh...” terdengar suara isak dari seberang telepon. Bapak adalah kakekku dari pihak ibu.
“kenapa bapak? Bapak kenapa de? Jawab dulu...” ibu yang sedikit gundah karena isak adik tirinya di seberang telepon.
“bapak teehhh... ba-baa-pak u-udah gak ... ada!” jawab adik tiri ibuku.
“gak ada gimana sih?!! Ngomong tuh yang jelas dong!” ibuku nampak kesal saat itu aku berusaha untuk menenangkan beliau.
“bapak meninggal teh....” isak tangis dari seberang telepon makin menjadi-jadi. Karena pernyataan terakhir itu. Ibukupun terkulai lemas tak berdaya setelah mendengar kabar yang sangat mengejutkan. Hatikupun bagai tersambar petir yang sangat menyala-nyala saat mendengar berita kabut tersebut.
Tiiitt tiiitt tiiitt tiiiiiiiiit teleponpun terputus karena telepon ibuku terjatuh ke lantai.
“buuuuuu... bapak buu” ibuku memanggil nenekku yang tengah asyik berolahraga diluar rumah.
“ebi, panggilin ibu bi” isak tangis membuat suara ibuku nyaris tak terdengar. Akhirnya akupun bergegas memanggil nenekku dengan mata yang sudah mulai membengkak karena butiran air mata yang semakin banyak jatuh kepipiku.
Sambil berbisik aku memanggil nenekku,”nek, di panggil mama diatas”
Akhirnya nenekku pun mengakhiri olahraga dipagi hari itu.
“kenape na?” nenekku mengawali pembicaraan. Ana, ya ituluah panggilan ibuku.
“bapaaakk buu...” ibuku yang sudah beruraian air matapun tak kuat menceritakan hal yang barusan telah ia dengar dari adik tirinya itu.
“ba-ba-bapak meninggal bu..” kata kakakku yang sedari tadi berusaha menenangkan ibuku.
“ah, jangan becanda ka! Bapak siape?” nenekku yang nyaris tak percaya mendengar bahwa suaminya telah dipanggil Allah.
“bapak bu, bapak amin” kakakku menjelaskan lagi dengan isak tangis yang menderu.
“bapak meninggal na?” tak terasa air matapun jatuh ke pipi nenekku yang sudah terlihat sangat tua.
Ya, saat itu memang kakekku tengah beristri 2 tetapi beliau sangatlah adil dalam memberi nafkah. Dan saat kematian itu menjemput beliau tengah berada di tempat keluarga istri yang kedua di karawang sedangkan nenekku adalah istri yang pertama. Keluargaku sangat menyayangi kakekku, karena beliau benar-benar memberikan contoh teladan untuk kami semua, tak pernah letih, tak pernah mengeluh dan kuat dalam menghadapi cobaan. Walaupun beliau sudah tua tetapi beliau masih kuat untuk berpergian sekedar memberikan nafkah lahir untuk nenekku dengan pergi menggunakan kereta dan bis kota.
Setelah itupun ibukupun bersiap-siap untuk menjemput kakekku yang berada di karawang karena kakekku akan dimakamkan dijakarta di dekat makam ibunya kakekku.
“telepon udin gih om.. kasih tau kabar tentang bapak” ibuku yang sudah mulai tenang menyuruh adiknya si romlah untuk menelpon abang ibuku yaitu si udin. Ci romlahpun segera menelpon wak udin (panggilan aku untuk adik dan abang ibuku yakni Ci dan Wak).
Tak lama setelah itu wak ku pun menampakan batang hidungnya dirumahku, “na, bapak kenape na?” tanya wak ku kepada ibuku.
“bapak udah gak ada din..” jawab ibuku tenang padahal aku tahu hatinya sangat terpukul karena memang anak yang paling dekat dengan kakekku adalah ibuku.
“yang bener lo na? Lo kata siapa?” tanya wak ku sedikit tak percaya dan mata mulai berkaca-kaca.
“tadi gue dapet telepon dari orang karawang din. Udeh yuk sekarag jemput bapak” ibukupun segera menutup pembicaraan dan bersiap-siap untuk menjemput kakekku.
***
Setelah semua proses dijalankan sebelum jenazah dimakamkan, akupun bergegas untuk pergi tes yang padahal aku tidak ingin mengikuti tes saat itu.
“bi, udah kamu sana berangkat tes. Nanti kalo udah selesai nyusul aja ke makam yang di kalibata sama papa” ibuku berpesan kepadaku.
“tapi ma ebi mau lihat bapak dulu..” aku mulai menangis lagi karena memang kakekku adalah sosok yang sangat aku banggakan melebihi bangganya aku terhadap papaku.
“udah nanti aja, daripada kamu gak jadi kuliah. Nanti mama videoin bapak biar kamu bisa liat” ibuku membujukku.
“yaudah deh, ebi jalan dulu ya ma. Assalamualaikum” akupun mencium tangan ibuku.
Aku diantar oleh papaku, dan diperjalanan aku benar-benar tidak konsentrasi untuk tes nanti, papaku yang sedari tadi mengeluarkan ayat-ayat suci didepanku pun mulai membuka pembicaraan denganku dan berusaha mencairkan suasana.
“bi, udah makan belom?”
“belom pa, gak napsu makan” singkat padat dan jelas!
“makan dulu yuk, emang kamu tes jam berapa?”
“nanti sih jam 4”
“sekarang masih jam 3, makan dulu aja ya daripada nanti tes gak bisa mikir kan?” papaku berusaha membujukku. Memang pada saat itu aku belum makan sedari tadi pagi. Akhirnya akupun menganggukkan ajakan papaku.
Tes telah berakhir dengan sangat tidak sukses dan aku mengerjakan itu juga terburu-buru. Akhirnya papa menjemputku dan membawaku ke makam kakek.
***
“kek, ebi ada tugas sejarah nih. Ajarin dong!” rengekku meminta kakek untuk mengajariku pelajaran sejarah karena memang aku sangat membenci pelajaran itu dan kakekku sangat menyukai pelajaran itu karena beliau telah hidup sebelum kemerdekaan menjemput.
“tentang apa emang? Coba sini kakek liat” kakekkupun memakai kacamatanya dan mulai melihat tugasku yang berisi pertanyaan mengenai perjuangan kemerdekaan tahun 45. Setelah selesai mengerjakan tugas yang diberikan guru sejarahku, kakekkupun bercerita masa-masa indonesia dibawah kekuasaan koloni.
“kek, waktu itu umur kakek berapa pas indonesia merdeka?”
“waktu itu kakek umurnya 4 tahun, pas penjajah sibuk sekolah di indonesia nih, kakek ikutan sekolah tuh di percik bi. Trus kakek temenan kan tuh sama mereka. Padahal mah mereka gak tau kalo kakek nih warga pribumi. Hahaha” kakekku tertawa renyah sekali dan akupun ikut tertawa.
“trus kek?”
“iya pas itu kakek lagi main-man eh ada bunyi tembakan. Langsung tuh kakek sama temen-temen pribumi lari-larian cari tempat sembunyi terus ngelemparin mereka pake ketapel. Dulu tuh perjuangan buat merdeka susah banget bi, tapi jaman sekarang dijajah sama kebodohan gak ada yang mau berontak. Lait noh di tivi-tivi? Artis bobrok semua, udah gak bagus regenerasi, pemerintahan juga gak bener, ngurusin perutnye aje!” kakekkupun mulai berapi-api mengeluarkan argumennya itu. Selain menyukai sejarah beliau juga sering membahas politik di indonesia denganku. Senangnya ! J
“bi, katanye lu jago kan tuh matematika di sekolah?” kakekku tersenyum sambil menngodaku, “kenapa emang kek?” jawabku dengan tawa.
“neh sekarang kakek tes”
Semua pertanyaan hitung-hitungan dikeluarkan oleh kakekku dan aku tak bisa menjawab karena terlalu panjang, haha! Akhirnya kakekku menjawan dengan mudah, cepat dan sangat tepat! Memang beliau juga sangat senang dengan berhitung.
“yah, kalah kan lo hha” kakekku tertawa bangga dan senang karena telah mengalahkanku” huh
“sekarang bahasa inggris ya? Bahasa inggrisnya lampu apa?” tanya kakekku sambil tertawa lagi.
“lamp, gampang banget kek!” aku tertawa.
“bahasa inggrisnya bapak nonton wayang golek di senayan? Apa hayo?”
“father is watching.... wayang golek ape ye? Gak tau pak ebi lupa hahaha”
“yah lu katanye jago, neh bap non way gol di sen. Tuh inggrisnye”
“kok gitu pak?” tanyaku heran
“iyalah, bahasa inggris kan diambil dari kata depan contoh lampu=lamp. Ya kan?” kakekku tertawa lagi dan nampaknya dia senang karena telah membuatku bingung.
***
Kini semua itu tinggal kenangan, akupun menguraikan air mata untuk kesekian kalinya karena pasti aku akan merindukan beliau. Dan jika aku rindu aku akan selalu mengirimkan doa untukmu. Sambil melihat video hasil rekaman tadi aku bergumam kakek bakal selalu ada dihati ebi dan menjadi sosok yang bakal selalu ebi banggain J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar