Alhamdulillah! Pagi hari tiba,
matahari belum nampak membagikan sinarnya di planet bumi tepatnya di kota
kelahiranku, kota metropolitan. Walaupun matahari belum berbaik hati pada pagi
hari ini tetapi hawa panas telah menyelimuti tanah airku ini. Saat itu bulanpun
masih menghiasi indahnya pagi hari itu. Bisa kalian tebak sedang jam berapakah
saat aku bangun dari lelapnya tidurku?
Indahnya
pagi bisa kalian rasakan dengan udara yang belum tercemar dengan polusi. Sebelum
berangkat ke kampus merah, aku melewati pasar yang penuh dengan transaksi oleh
penjual dan pembeli, teriakkan ibu-ibu karena membangunkan anak-anaknya yang
harus mandi karena hari itu hari dimana anak-anak harus menuntut ilmu di gudang
ilmu. Mataharipun mulai menampakkan pesonanya. Terlihat sebagian ibu-ibu tengah
asyik mengobrol saat sedang menjemur anaknya yang masih merah.
Sesampainya
di jalan raya, sudah banyak kendaraan umum maupun pribadi berlalu lalang,
menunggu bis memang membosankan. Kadang mobil-mobil yang berlalu lalang
mengeluarkan suara yang bising sehingga aku dongkol dibuatnya. Selain itu
banyak anak buah mucikari yang telah menyelesaikan pekerjaan malamnya berlalu
lalang menaiki kendaraan beroda dua dengan pakaian yang serba minim. Astagfirullah!
Masih dalam
keadaan termangu menunggu bus yang tak kunjung datang, padahal matahari sudah
memunculkan seluruh badannya ke permukaan bumi. Kereta menuju kota maupun
bogorpun juga sudah lebih dari satu kali lewat dari pandanganku, ada yang
bergelayutan di bibir pintu, diatas atap kereta, itu semua terjadi karena
muatan kereta tak cukup untuk menampung penumpang di pagi hari itu. Maklum saja
hari itu hari pertama untuk orang kantor bekerja. Sudah tak tabu lagi
pemandangan yang setiap hari kulalui.
Akhirnya
bus kotapun datang juga setelah beberapa lama aku menunggunya. Tetapi lagi-lagi
dalam keadaan sesak. Ya! Sangat sesak! Sampai-sampai aku harus berada di ambang
pintu bus tersebut. Aku terjepit disela-sela ketiak para penumpang yang
bergelantungan. Sangat menjengkelkan. Untung saja kesengsaraan itu tak
berangsur-angsur lama, setelah lima belas menit menikmati penuh dan sesaknya
bus, akupun dapat menyandarkan tubuhku disalah satu kursi yang kosong.
Melihat
pemandangan di kota sibuk hari itu nampaknya cukup membuatku muak, mungkin efek
pemandangan yang aku terima pada pagi hari tadi, ya setelah melihat wanita
berpakaian mini berlalu lalang tanpa takut akan dosanya. Melihat gedung-gedung
menjulang tinggi rasanya ingin aku pergi ke lantai paling atas dan membuang
memori yang telah terekam saat pagi hari itu.
Dalam perjalanan
dan saat berhenti karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, banyak
penjual-penjual kaki lima bergerombolan memasuki bus demi mendapatkan sesuap
nasi, selain itu banyak anak-anak yang harusnya bersekolah dan mengenyam
pendidikan malahan berjualan dibawah jembatan layang, mengamen dengan dada
telanjang, mengadahkan tangan mengharapkan belas kasihan, menjajakan berita
lewat kaca-kaca mobil, dan masih banyak lagi.
Setelah
melewati berbagai pemandangan pada pagi hari itu, sampailah pada perempatan
menuju kampus. Masih dengan pemandangan mobil berlalu-lalang, debu-debu ramai
berterbangan di pagi hari yang panas karena terhempa oleh bis kota yang baru
saja menurunkanku. Akhirnya sampailah aku dikampus merahku, kampus Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia J
Tetap semangat nulis ya dek! Ayo kita saling share untuk setiap tulisan - tulisannya...
BalasHapusokeh kaka hehe :)
BalasHapus