meskipun kau tak pernah ke desa, padi-padi terus tumbuh..
meskipun kau tak pernah ke kota, orang-orang terus gelisah..
di dsa di kota tumbuh dan gelisah .
seperti kembang dalam belukar .
seperti mata air kehilangan sungai..
desa dimiliki oleh orang kota.
kota dimiliki orang desa.
petani mencari kerja di kota.
orang kota mencari kekayaan dio desa.
apalagikah yang tersisa bagi kau dan aku..
Mengenai Saya
- SANTIKA FEBRIANY'S WRITING
- Ketika sebuah kalimat yang keluar dari mulut tak bisa didengarkan oleh orang lain. Maka Menulislah, disitu Anda akan dikenang sepanjang usia Anda, karena mungkin kata-kata yang keluar dari mulut tak bisa mengubah seseorang, tetapi tulisan yang dibaca berulang bisa menjadi pengaruh untuk seseorang. Maka Menulislah!
Selasa, 28 Februari 2012
ANAK JALANAN
melambaikan koran yang dijual, mendekati kaca-kaca mobil .
anak usia sekolah menjajakan berita di bawah jembatan layang..
di dekat halte terminal bus, menghitung sisa jeruk di keranjang.
anak usia sekolah menjajakan buah..
apakah mereka esok ke sekolah seperti anak-anak yang lain.
mungkinkah mereka ke sekolah lagi seperti anak-anak yang lain..
di dekat kedai-kedai beberapa anak usia sekolah berjoget dan merokok dengan baju terbuka seperti bajingan kecil ..
anak usia sekolah menjajakan berita di bawah jembatan layang..
di dekat halte terminal bus, menghitung sisa jeruk di keranjang.
anak usia sekolah menjajakan buah..
apakah mereka esok ke sekolah seperti anak-anak yang lain.
mungkinkah mereka ke sekolah lagi seperti anak-anak yang lain..
di dekat kedai-kedai beberapa anak usia sekolah berjoget dan merokok dengan baju terbuka seperti bajingan kecil ..
Cinta Tak Mengenal Kasta
Cinta bak intan permata tak pudar ditelan masa
hadir dari pancaran mata dan melekat dilubuk jiwa
Walau dijalan berbeda namun satu dalam rasa hitam pekat berlumur doa dalam dunia bergelimang noda
Walau kau terhina dimata mereka namun takkan sirna tak tergoyahkan
karena cinta tak kenal kasta dimataku kau paling berharga
suci dan hina bagiku sama dan memanglah cinta milik sesama
kaya dan miskin tiada berbeda
istana cinta menanti kita
hadir dari pancaran mata dan melekat dilubuk jiwa
Walau dijalan berbeda namun satu dalam rasa hitam pekat berlumur doa dalam dunia bergelimang noda
Walau kau terhina dimata mereka namun takkan sirna tak tergoyahkan
karena cinta tak kenal kasta dimataku kau paling berharga
suci dan hina bagiku sama dan memanglah cinta milik sesama
kaya dan miskin tiada berbeda
istana cinta menanti kita
Dia adalah Engkau
aku yang tidak bisa hidup tanpaMU
setiap langkahku ingin selalu kuingatMU
Engkau yang selalu mengingatku
tetapi aku sering melupakanMU
Engkau yang selalu memaafkanku atas segala kekhilafanku
Engkau yang ingin selalu kupuja
ya Dia adalah Engkau
maafkan aku yang disetiap langkahku terdapat banyak kerikil
yang setiap ucapanku terdapat kekotoran
yang disetiap peringaiku membuatMu kecewa
maafkan aku karena hanya Engkau yang berbesar hati memaafkan diriku yang kotor
Engkau yang tak pernah letih membuka pintu hatiMu untukku
Engkau yang selalu menyayangiku
ya Dia adalah Engkau
tanganku yang akan menjadi saksi nanti
telingaku yang akan menjadi saksi nanti
mataku yang akan menjadi saksi nanti
kakiku yang akan menjadi saksi nanti
dan seluruh anggota tubuhku yang akan menjadi saksi atas semua tindak tandukku
maafkan ku ya Kekasih yang jarang kuingat
ya Dia adalah Engkau
terima kasih ya ALLAH karena Engkau masih memberikanku nafas
terima kasih ya ALLAH karena Engkau masih memberikanku nikmat islam
ya Dia adalah Engkau ya ALLAH
surat ini kupersembahkan untukMu dari hambaMu yang berlumuran maksiat duniawi
#hamba yang merindukanMu
setiap langkahku ingin selalu kuingatMU
Engkau yang selalu mengingatku
tetapi aku sering melupakanMU
Engkau yang selalu memaafkanku atas segala kekhilafanku
Engkau yang ingin selalu kupuja
ya Dia adalah Engkau
maafkan aku yang disetiap langkahku terdapat banyak kerikil
yang setiap ucapanku terdapat kekotoran
yang disetiap peringaiku membuatMu kecewa
maafkan aku karena hanya Engkau yang berbesar hati memaafkan diriku yang kotor
Engkau yang tak pernah letih membuka pintu hatiMu untukku
Engkau yang selalu menyayangiku
ya Dia adalah Engkau
tanganku yang akan menjadi saksi nanti
telingaku yang akan menjadi saksi nanti
mataku yang akan menjadi saksi nanti
kakiku yang akan menjadi saksi nanti
dan seluruh anggota tubuhku yang akan menjadi saksi atas semua tindak tandukku
maafkan ku ya Kekasih yang jarang kuingat
ya Dia adalah Engkau
terima kasih ya ALLAH karena Engkau masih memberikanku nafas
terima kasih ya ALLAH karena Engkau masih memberikanku nikmat islam
ya Dia adalah Engkau ya ALLAH
surat ini kupersembahkan untukMu dari hambaMu yang berlumuran maksiat duniawi
#hamba yang merindukanMu
Wanita Penghuni Neraka
mau share soal Wanita Penghuni Neraka, mau simak?? Ngacung yaaa •ˆ⌣ˆ•
Hayu kita sama2 baca Bismillahirrahmanirrahiim, semoga Allah memberkahi share kita ya, amiin •ˆ⌣ˆ•
1.
Sayyidina Ali ra menceritakan, suatu hari melihat Rasullullah menangis
ktk ia datang bersama Fatimah ra, lalu keduanya bertanya. #WAN
2.
“Wahai Rasulullah mengapa engkau menangis?” Beliau menjawab, “Pd malam
aku di Isra’kan, aku melihat byk perempuan yg disiksa #WAN
3. ”
Mrk disiksa dg berbagai siksaan. Itulah sebabnya aku menangis, begitu
berat n mengerikan siksaannya.” Ucap manusia mulia itu #WAN
4.
Lalu Fatimah, putri kesayangan rasulullah, meminta beliau untuk
menceritakan apa yg dilihatnya. “Ayah, ceritakanlah pada kami” #WAN
5.
” Wahai putriku, aku lht ada (a) Prp digantung rambutnya, otaknya
mendidih (b) Prp digantung lidahnya,tangannya diikat ke blkg #WAN
6.
Timah cair dituangkan ke dlm tengkoraknya . (c) prp digantung 2
kakinya bserta 2 tangannya smp ke ubun2nya, lalu diberi
ular+kalajengking
7. (d) Dan aku melihatt perempuan yg memakan badannya sendiri, dibawahnya dinyalakan api neraka. #WAN
8. (e) Serta aku melihat perempuan yg bermuka hitam memakan tali perutnya sendiri #WAN
9.
(f) prp yg telinganya tuli n matanya buta dimasukan k dlm peti yg
dibuat dr api neraka shg otaknya keluar dr lubang hidung. #WAN
10. Badannya penuh spt org yg terkena penyakit kusta dan berbau busuk #WAN
11. (g) Aku melihat perempuan yg badannya spt himar ,beribu2 kesengsaraan dihadapinya #WAN
12.
(h) Prp yg rupanya sprt anjing, api masuk melalui mulut n keluar dr
duburnya sementara malaikat memukulnya dg pentung api neraka. #WAN
13. Fatimah Az-Zahra sang putri Rasulullah bertanya, “Wahai ayahanda, apa sebab mereka disiksa sedemikian rupa? #WAN
14.
Rasulullah menjawab, “Wahai anakku, gol yg (a) pertama adl prp yg tdk
menutup rambut nya shg terlihat olh laki2 yg bkn muhrimnya #WAN
15.
Gol yg ke 2 (b) adl istri yg mengotori tmpt tidurnya, tdk taat pd
suami serta tdk mau mandi besar dr shabis nifas, haid dan junub #WAN
16.
Perempuan gol ke 3 (c) yg memakan badannya sendiri : adl yg berhias
utk lelaki yg bukan muhrimnya n suka mengumpat orang lain. #WAN
17.
Prp yg diikat ke 2 kaki n tangannya lalu diatas ubun2nya diulurkan
ular+kalajengking adl prp yg shalat tp ia tdk mengamalkannya #WAN
18. Perempuan yg kepalanya seperti babi dan badannya spt himar (keledai) adl prp yg suka mengumpat dan berbohong #WAN
19. Perempuan yg menyerupai anjing adalah perempuan yg suka memfitnah dan membenci suami. #WAN
20.
Mendengar jawaban Rasulullah SAW maka Fatimah dan Ali ra bertangisan
keduanya. Masya Allah…sungguh mengerikan dan menyayat hati #WAN
21.
Ladies, sungguh pedih azab akhirat, yg paling ringan adl dipakaikannya
terompah ahli neraka yg membuat otak mendidih krn panasnya #WAN
22.
Tidak cuma kewajiban bg kaum perempuan sj utk memperbaiki diri ttp jg
kaum laki2 yg py tugas menjaga keluarganya dr api neraka #WAN
23. Yuk sgr memperbaiki diri, sblm ajal menjemput, yg Halal tdk cuma pangan tp gaya hidup kita juga #WAN
24. Sampai disini dulu ya, mohon maaf apabila ada kekurangan dlm penyampaian. Kesempurnaan dan kebenaran mutlak pd Allah
Calon Penghuni Surga
Suatu hari, Fatimah az-Zahra ra datang menemui Rasulullah SAW dan
menanyakan tentang sosok perempuan yang menjadi calon penghuni surga.
Melihat kedatangan Fatimah, Rasul pun menyambutnya dengan gembira. “Ada
apakah gerangan putriku sehingga datang menemuiku?” tanya Rasul SAW.
“Wahai ayahanda, siapakah calon penghuni surga?” tanya Fatimah. Sambil
tersenyum, Rasul menjawab, “Calon penghuni surga itu adalah Mutiah.”
Mendengar
jawaban Rasul itu, Fatimah pun sedih. Namun, Rasul segera menghiburnya
dan mengabarkan bahwa putrinya itu akan selalu bersamanya di surga
nanti. Mendengar hal itu, bergembiralah Fatimah. Namun, ia penasaran
dengan jawaban Rasulullah SAW tentang Mutiah yang akan menjadi calon
penghuni surga. Gerangan apakah yang membuat Mutiah layak mendapatkan
kehormatan itu.
Suatu hari, Fatimah bersama Hasan,
putranya, datang berkunjung ke rumah Mutiah. Dari balik pintu, Fatimah
memberi salam dan dijawab oleh Mutiah. Lalu, Mutiah bertanya, “Siapakah
itu?” Fatimah menjawab; “Saya, Fatimah bersama anak saya, Hasan.”
Mendengar hal itu, Mutiah pun senang. “Alangkah senangnya menerima
kedatangan putri dari seorang yang mulia,” jawab Mutiah. “Tapi mohon
maaf, bisakah Anda datang besok karena saya belum dapat izin dari suami
saya untuk menerima Hasan,” tambah Mutiah.
Dengan heran,
Fatimah pun bertanya, “Bukankah Hasan anak kecil?” “Iya, tapi dia
laki-laki dan saya belum dapat izin dari suami,” kata Mutiah. Atas hal
itu, Fatimah pun memakluminya dan berjanji akan datang besok pagi.
Keesokan
harinya, Fatimah datang lagi ke rumah Mutiah. Kali ini, dia bersama
Hasan dan Husein. Namun, jawaban yang sama disampaikan Mutiah karena dia
hanya mendapatkan izin untuk menerima Fatimah dan Hasan, tapi tidak
untuk Husein. Lalu, Fatimah kembali pulang ke rumahnya dan berjanji akan
datang lagi besok.
Esok harinya, Fatimah datang lagi
bersama Hasan dan Husein. Setelah memberi salam dan menyampaikan
kedatangannya bersama kedua anaknya, Mutiah pun menyambutnya dengan
penuh gembira. Mutiah menyampaikan permohonan maaf atas sikapnya dua
hari terakhir yang menolak kedatangan Fatimah ke rumahnya disebabkan
belum adanya izin dari sang suami. Atas hal ini, Fatimah pun
memakluminya.
Selama di rumah Mutiah, Fatimah tak
menemukan suatu ibadah yang menunjukkan Mutiah layak mendapat
kehormatan sebagai calon penghuni surga. Fatimah melihat sebuah cambuk
di atas meja. Ia pun menanyakan hal itu kepada Mutiah. “Cambuk itu
selalu aku letakkan di sisi suamiku,” ujar Mutiah. “Apakah suami suka
memukulmu?” tanya Fatimah.
Mutiah menjawab bahwa suaminya
adalah seseorang yang sangat sayang kepada dirinya. Lalu, mengapa
cambuk itu diberikan kepada suaminya? “Saya memberikan cambuk itu
padanya agar apabila dia melihat sesuatu yang salah dan kurang dari
pelayanan yang kuberikan, dia bisa memukulku. Alhamdulillah, selama ini
suamiku belum pernah mempergunakannya untuk mencambuk diriku,” jawab
Mutiah.
Fatimah pun kagum akan kesetiaan dan kehormatan
yang senantiasa dijaga oleh Mutiah bila suaminya sedang tidak berada di
rumah. Karena itu, pantaslah Mutiah mendapat predikat calon penghuni
surga. Wallahu a’lam.
Penghuni Surga Yang “Tanpa Hisab dan Tanpa Adzab”
Segala yang ada di dunia ini adalah fana dan tiada yang kekal, tapi
bukan berarti telah berakhir sampai disini. Tapi menuju ke alam
berikutnya yaitu hari akhir, suatu kehidupan yang kekal tiada berakhir.
Semua jiwa pasti akan kembali kepada pemilik dan penciptanya yaitu
Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Setelah ditiup sangkakala yang
kedua seluruh manusia dibangkitkan dari kuburan-kuburan mereka dalam
keadaan tidak membawa apa pun, tidak beralas kaki, tidak berbusana, dan
juga tidak berkhitan.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Aisyah, bahwa baginda Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berbusana, dan tidak berkhitan.” Kemudian Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam! Apakah seluruh para wanita dan laki-laki seperti itu, sehingga saling melihat diantara mereka? Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, yang artinya: “Wahai Aisyah! Kondisi waktu itu amat ngeri dari pada sekedar melihat antara satu dengan lainnya.” (HR: Al Bukhari no 6527 dan Muslim no. 2859)
Setelah itu manusia dikumpulkan di padang mahsyar menanti penghisaban (perhitungan) semua amal perbuatannya selama hidup di dunia. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya kepada Kami-lah mereka akan kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS: Al Ghasyiyah: 25-26)
Tahap penghisaban amal perbuatan manusia dipadang mahsyar merupakan bagian adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala terhadap siapa yang dihisap pada hari itu. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam besabda, yang artinya: “Barangsiapa yang dihisab pada hari kiamat bararti dia telah merasakan adzab.” Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bukankah Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya): “(Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanan) maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.”(QS: Al Insyiqaq: 8) Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Sesungguhnya itu adalah sekedar memperlihatkan amalannya, tetapi barangsiapa yang diperiksa penghisabannya pada hari kiamat berarti dia telah merasakan adzab.” (HR: Muslim no. 2876)
Pada hari penghisaban saja sangat mengerikan dan tersiksa. Bagaimana lagi dengan bentuk adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala di neraka jahannam nanti. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam telah menggambarkan tingkatan neraka yang paling ringan, sebagaimana dalam hadits yang shahih, yang artinya: “Sesungguhnya adzab yang paling ringan bagi penghuni neraka adalah seseorang yang bersandalkan dengan api neraka, maka mendidihlah otaknya disebabkan dari panas kedua sandalnya.” (HR: Muslim no. 211)
Namun Alloh Subhanahu wa Ta’ala Al Ghaffur (Yang Maha Pengampun) dan Ar Rahim (Yang Maha Pengasih) telah membentangkan rahmat-Nya yang amat luas. Diantara rahmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan petunjuk kepada manusia tentang jalan yang dapat mengantarkan ke dalam al janah tanpa hisab dan adzab. Jalan tersebut telah dijelaskan oleh Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dalam haditsnya, yang artinya: “Akan masuk al jannah dari umatku tujuh puluh ribu tanpa hisab dan adzab (dalam riwayat lain; wajah-wajah mereka bercahaya bagaikan cahaya rembulan di bulan purnama).” Kemudian Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam berdiri dan masuk ke dalam rumah. Sementara para shahabat Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menduga-duga siapakah golongan mereka itu. Diantara para shahabat ada yang menduga; “Semoga mereka adalah orang-orang yang menjadi shahabatnya”. Yang lainnya mengira; “Semoga mereka adalah orang-orang yang lahir dalam keadaan Islam dan tidak pernah berbuat kesyirikan”, dan perkiraan-perkiraan yang lainnya. Kemudian Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam keluar dari rumahnya dan mengkhabarkan sifat golongan yang bakal menjadi penghuni al jannah tanpa hisab dan adzab. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta kay (praktek pengobatan dengan menempelkan besi panas atau semisalnya pada bagian tubuh yang sakit), tidak meminta ruqyah, dan tidak pula berfirasat sial (dengan sebab melihat sesuatu yang disangka ganjil seperti burung dan semisalnya), serta mereka bertawakkal penuh kepada Rabb mereka.” Kemudian Ukasyah bin Mihshan berdiri seraya berkata: “(Wahai Rasululloh) berdo’alah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala supaya aku termasuk golongan mereka. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Engkau termasuk dalam golongan tersebut”. (HR: Al Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 374)
Dalam riwayat Al Imam Ahmad 2/359 dan lainnya, Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Maka aku meminta tambahan dari Rabb-ku, sehingga Alloh menambah dalam setiap seribu orang bersama tujuh puluh ribu orang.” (Lihat Ash Shahihah no. 1486)
Dalam riwayat di atas menunjukkan luasnya rahmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Karena Alloh telah menambah dalam setiap seribu orang bersama tujuh puluh ribu orang. Demikian pula Alloh tidak mengkhususkan yang berhak meraih keutamaan tersebut hanya bagi para shahabat Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam atau orang yang yang lahir dalam keadaan Islam dan tidak pernah berbuat kesyirikan sebagaimana yang dikira para shahabat Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Namun Alloh Subhanahu wa Ta’ala membuka lebar-lebar pintu rahmat kepada siapa yang berupaya menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut dia lah yang berhak meraih al jannah tanpa hisab dan tanpa adzab. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk golongan mereka.
Ciri Ciri Golongan Penghuni Al Jannah Tanpa Hisab Dan Adzab
Pertama: Tidak Meminta Kay
Kay adalah praktek pengobatan dengan cara menempelkan besi atau semisalnya yang telah dipanaskan pada bagian tubuh yang sakit.
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Penyembuhan itu dengan tiga hal: minum madu, berbekam, dan kay, tetapi aku melarang umatku dari pengobatan kay. (Dalam riwayat lain; Dan aku tidak mencintai pengobatan dengan kay)” (HR: Al Bukhari no. 5680)
Hadits-hadits di atas menunjukkan hukum pengobatan dengan kay adalah boleh tapi makruh (dibenci), sehingga yang lebih utama adalah ditinggalkan. Karena Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam mencintai umatnya untuk meniggalkan pengobatan dengan cara kay. Terlebih lagi berobat dengan kay bisa menjadi penghalang untuk masuk ke dalam Al Jannah tanpa hisab dan adzab.
Kedua: Tidak Meminta Ruqyah
Ruqyah adalah praktek pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an atau nama-nama dan sifat-sifat-Nya kepada si penderita. Karena seluruh ayat-ayat Al Qur’an itu sebagai obat hati dan jasmani. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan Kami menurunkan Al Qur’an itu sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS: Al Isra’: 82)
Namun yang menjadi penghalang untuk masuk bagian dari golongan penghuni al jannah tanpa hisab dan adzab ini khusus bagi orang yang meminta ruqyah bukan yang meruqyah dirinya sendiri ataupun orang lain yang meruqyahnya tanpa ada unsur permintaan darinya. Adapun kalau dia sendiri meruqyah itu memang perkara yang lebih utama, karena dia telah bertawakkal penuh kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhkan dirinya dari bergantung kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula orang lain yang meruqyah tanpa unsur permintaan dari si penderita itu pun tidak mengapa. Karena konteks hadits itu adalah yang bermakna “Tidak Meminta Ruqyah”.
Sesungguhnya malaikat Jibril pernah datang kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam lalu berkata, yang artinya: “Wahai Muhammad, apakah engkau lagi sakit? Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: Ya. Kemudian malaikat Jibril meruqyahnya tanpa permintaan dari Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR: Muslim no. 2186)
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam juga pernah ditanya tentang meruqyah, maka beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa diantara kalian yang dapat memberikan manfaat bagi saudaranya, maka lakukanlah.” (HR: Muslim no. 2199)
Ketiga: Tidak Bertathayyur
Tathayyur adalah sikap berprasangka sial yang disandarkan kepada sesuatu yang dilihat atau pun yang didengar. Misalnya, kebiasaan orang Arab terdahulu bila hendak safar (berpergian) melihat arah terbangnya burung. Bila terbang ke arah kanan maka safar akan dilakukan, sebaliknya bila terbang ke arah kiri menujukkan kesialan maka safar dibatalkan. Begitu pula ada sebagian orang yang menganggap sial atau pertanda akan ada musibah bila mendengar suara burung gagak di malam hari atau bila melihat cecak jatuh. Diantara waktu-waktu, hari-hari, atau bulan-bulan pun ada yang dianggap sial untuk diselengarakan acara-acara tertentu. Dan sebagainya dari tanda-tanda yang dianggap sial yang tersebar dimasyarakat kita.
Tathayyur ini merupakan perbuatan terlarang. Karena telah menyandarkan kesialan kepada sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya secara logis dan sebab musababnya. Termasuk aqidah kaum muslimin beriman kepada taqdir Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tarjadi atas kehendak Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata. Bila Alloh Subhanahu wa Ta’ala menghendaki sesuatu pasti akan terjadi, dan sebaliknya bila Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki sesuatu pasti tidak akan terjadi. Sehingga orang yang bertathayyur itu telah mengurangi nilai tawakkalnya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala karena ia menyangka bahwa ada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang bisa mendatangkan kesialan.
Padahal Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu merupakan taqdir Alloh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” (QS: Al A’raf: 131)
Keempat: Bertawakal Kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Bahwa sifat yang keempat ini merupakan buah dari tiga sifat sebelumnya. Maksudnya, dengan meninggalkan pengobatan kay, meninggalkan untuk meminta ruqyah dan meninggalkan tathayyur menunjukkan kemurnian tawakkal seseorang kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang tersebut telah melepas dari segala ikatan-ikatan ketergantungan kepada sesuatu selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menyandarkan nasib dan hasilnya itu hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga barangsiapa yang benar-benar bertawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, niscaya Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagai pencukupnya di dunia dan di akhirat kelak nanti akan digolongkan sebagai pewaris Al Jannah tanpa hisab dan tanpa adzab. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh, maka Dia sebagai pencukup baginya.” (QS: Ath Thalaq: 3)
Perlu kita pahami disini, bukan berarti Islam melarang untuk berobat. Sesungguhnya sifat penghuni Al Jannah tanpa hisab dan adzab itu karena mereka meninggalkan pengobatan yang dibenci (makruh) disaat sangat membutuhkannya dengan mencukupkan dirinya untuk bertawakkal hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Adapun berobat dengan sesuatu yang tidak dilarang maka tidak mengurangi tawakkal kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Ada seseorang yang bertanya kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bolehkah aku berobat? Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam seraya menjawab: “Tentu, wahai hamba Alloh berobatlah kalian. Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan penyakit melainkan pasti diciptakan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Kemudian para shahabat bertanya: “Apa itu (Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam) Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Penyakit pikun (karena ketuaan).” (HR: Ahmad, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Ghayatul Maram hal. 147). Semoga kita termasuk sebagai hamba Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang berkesempatan dan diberikan hidayah serta kekuatan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala; untuk menjadi Penghuni-Penghuni Al Jannah Tanpa Hisab dan Adzab. Amien….
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Aisyah, bahwa baginda Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berbusana, dan tidak berkhitan.” Kemudian Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam! Apakah seluruh para wanita dan laki-laki seperti itu, sehingga saling melihat diantara mereka? Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, yang artinya: “Wahai Aisyah! Kondisi waktu itu amat ngeri dari pada sekedar melihat antara satu dengan lainnya.” (HR: Al Bukhari no 6527 dan Muslim no. 2859)
Setelah itu manusia dikumpulkan di padang mahsyar menanti penghisaban (perhitungan) semua amal perbuatannya selama hidup di dunia. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya kepada Kami-lah mereka akan kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS: Al Ghasyiyah: 25-26)
Tahap penghisaban amal perbuatan manusia dipadang mahsyar merupakan bagian adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala terhadap siapa yang dihisap pada hari itu. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam besabda, yang artinya: “Barangsiapa yang dihisab pada hari kiamat bararti dia telah merasakan adzab.” Aisyah berkata: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bukankah Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya): “(Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanan) maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.”(QS: Al Insyiqaq: 8) Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Sesungguhnya itu adalah sekedar memperlihatkan amalannya, tetapi barangsiapa yang diperiksa penghisabannya pada hari kiamat berarti dia telah merasakan adzab.” (HR: Muslim no. 2876)
Pada hari penghisaban saja sangat mengerikan dan tersiksa. Bagaimana lagi dengan bentuk adzab dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala di neraka jahannam nanti. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam telah menggambarkan tingkatan neraka yang paling ringan, sebagaimana dalam hadits yang shahih, yang artinya: “Sesungguhnya adzab yang paling ringan bagi penghuni neraka adalah seseorang yang bersandalkan dengan api neraka, maka mendidihlah otaknya disebabkan dari panas kedua sandalnya.” (HR: Muslim no. 211)
Namun Alloh Subhanahu wa Ta’ala Al Ghaffur (Yang Maha Pengampun) dan Ar Rahim (Yang Maha Pengasih) telah membentangkan rahmat-Nya yang amat luas. Diantara rahmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan petunjuk kepada manusia tentang jalan yang dapat mengantarkan ke dalam al janah tanpa hisab dan adzab. Jalan tersebut telah dijelaskan oleh Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dalam haditsnya, yang artinya: “Akan masuk al jannah dari umatku tujuh puluh ribu tanpa hisab dan adzab (dalam riwayat lain; wajah-wajah mereka bercahaya bagaikan cahaya rembulan di bulan purnama).” Kemudian Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam berdiri dan masuk ke dalam rumah. Sementara para shahabat Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menduga-duga siapakah golongan mereka itu. Diantara para shahabat ada yang menduga; “Semoga mereka adalah orang-orang yang menjadi shahabatnya”. Yang lainnya mengira; “Semoga mereka adalah orang-orang yang lahir dalam keadaan Islam dan tidak pernah berbuat kesyirikan”, dan perkiraan-perkiraan yang lainnya. Kemudian Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam keluar dari rumahnya dan mengkhabarkan sifat golongan yang bakal menjadi penghuni al jannah tanpa hisab dan adzab. Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta kay (praktek pengobatan dengan menempelkan besi panas atau semisalnya pada bagian tubuh yang sakit), tidak meminta ruqyah, dan tidak pula berfirasat sial (dengan sebab melihat sesuatu yang disangka ganjil seperti burung dan semisalnya), serta mereka bertawakkal penuh kepada Rabb mereka.” Kemudian Ukasyah bin Mihshan berdiri seraya berkata: “(Wahai Rasululloh) berdo’alah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala supaya aku termasuk golongan mereka. Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Engkau termasuk dalam golongan tersebut”. (HR: Al Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 374)
Dalam riwayat Al Imam Ahmad 2/359 dan lainnya, Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Maka aku meminta tambahan dari Rabb-ku, sehingga Alloh menambah dalam setiap seribu orang bersama tujuh puluh ribu orang.” (Lihat Ash Shahihah no. 1486)
Dalam riwayat di atas menunjukkan luasnya rahmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Karena Alloh telah menambah dalam setiap seribu orang bersama tujuh puluh ribu orang. Demikian pula Alloh tidak mengkhususkan yang berhak meraih keutamaan tersebut hanya bagi para shahabat Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam atau orang yang yang lahir dalam keadaan Islam dan tidak pernah berbuat kesyirikan sebagaimana yang dikira para shahabat Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Namun Alloh Subhanahu wa Ta’ala membuka lebar-lebar pintu rahmat kepada siapa yang berupaya menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut dia lah yang berhak meraih al jannah tanpa hisab dan tanpa adzab. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk golongan mereka.
Ciri Ciri Golongan Penghuni Al Jannah Tanpa Hisab Dan Adzab
Pertama: Tidak Meminta Kay
Kay adalah praktek pengobatan dengan cara menempelkan besi atau semisalnya yang telah dipanaskan pada bagian tubuh yang sakit.
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Penyembuhan itu dengan tiga hal: minum madu, berbekam, dan kay, tetapi aku melarang umatku dari pengobatan kay. (Dalam riwayat lain; Dan aku tidak mencintai pengobatan dengan kay)” (HR: Al Bukhari no. 5680)
Hadits-hadits di atas menunjukkan hukum pengobatan dengan kay adalah boleh tapi makruh (dibenci), sehingga yang lebih utama adalah ditinggalkan. Karena Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam mencintai umatnya untuk meniggalkan pengobatan dengan cara kay. Terlebih lagi berobat dengan kay bisa menjadi penghalang untuk masuk ke dalam Al Jannah tanpa hisab dan adzab.
Kedua: Tidak Meminta Ruqyah
Ruqyah adalah praktek pengobatan dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an atau nama-nama dan sifat-sifat-Nya kepada si penderita. Karena seluruh ayat-ayat Al Qur’an itu sebagai obat hati dan jasmani. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan Kami menurunkan Al Qur’an itu sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS: Al Isra’: 82)
Namun yang menjadi penghalang untuk masuk bagian dari golongan penghuni al jannah tanpa hisab dan adzab ini khusus bagi orang yang meminta ruqyah bukan yang meruqyah dirinya sendiri ataupun orang lain yang meruqyahnya tanpa ada unsur permintaan darinya. Adapun kalau dia sendiri meruqyah itu memang perkara yang lebih utama, karena dia telah bertawakkal penuh kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhkan dirinya dari bergantung kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula orang lain yang meruqyah tanpa unsur permintaan dari si penderita itu pun tidak mengapa. Karena konteks hadits itu adalah yang bermakna “Tidak Meminta Ruqyah”.
Sesungguhnya malaikat Jibril pernah datang kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam lalu berkata, yang artinya: “Wahai Muhammad, apakah engkau lagi sakit? Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: Ya. Kemudian malaikat Jibril meruqyahnya tanpa permintaan dari Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR: Muslim no. 2186)
Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam juga pernah ditanya tentang meruqyah, maka beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa diantara kalian yang dapat memberikan manfaat bagi saudaranya, maka lakukanlah.” (HR: Muslim no. 2199)
Ketiga: Tidak Bertathayyur
Tathayyur adalah sikap berprasangka sial yang disandarkan kepada sesuatu yang dilihat atau pun yang didengar. Misalnya, kebiasaan orang Arab terdahulu bila hendak safar (berpergian) melihat arah terbangnya burung. Bila terbang ke arah kanan maka safar akan dilakukan, sebaliknya bila terbang ke arah kiri menujukkan kesialan maka safar dibatalkan. Begitu pula ada sebagian orang yang menganggap sial atau pertanda akan ada musibah bila mendengar suara burung gagak di malam hari atau bila melihat cecak jatuh. Diantara waktu-waktu, hari-hari, atau bulan-bulan pun ada yang dianggap sial untuk diselengarakan acara-acara tertentu. Dan sebagainya dari tanda-tanda yang dianggap sial yang tersebar dimasyarakat kita.
Tathayyur ini merupakan perbuatan terlarang. Karena telah menyandarkan kesialan kepada sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya secara logis dan sebab musababnya. Termasuk aqidah kaum muslimin beriman kepada taqdir Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tarjadi atas kehendak Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata. Bila Alloh Subhanahu wa Ta’ala menghendaki sesuatu pasti akan terjadi, dan sebaliknya bila Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menghendaki sesuatu pasti tidak akan terjadi. Sehingga orang yang bertathayyur itu telah mengurangi nilai tawakkalnya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala karena ia menyangka bahwa ada selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang bisa mendatangkan kesialan.
Padahal Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu merupakan taqdir Alloh, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” (QS: Al A’raf: 131)
Keempat: Bertawakal Kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Bahwa sifat yang keempat ini merupakan buah dari tiga sifat sebelumnya. Maksudnya, dengan meninggalkan pengobatan kay, meninggalkan untuk meminta ruqyah dan meninggalkan tathayyur menunjukkan kemurnian tawakkal seseorang kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang tersebut telah melepas dari segala ikatan-ikatan ketergantungan kepada sesuatu selain Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan menyandarkan nasib dan hasilnya itu hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga barangsiapa yang benar-benar bertawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, niscaya Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebagai pencukupnya di dunia dan di akhirat kelak nanti akan digolongkan sebagai pewaris Al Jannah tanpa hisab dan tanpa adzab. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh, maka Dia sebagai pencukup baginya.” (QS: Ath Thalaq: 3)
Perlu kita pahami disini, bukan berarti Islam melarang untuk berobat. Sesungguhnya sifat penghuni Al Jannah tanpa hisab dan adzab itu karena mereka meninggalkan pengobatan yang dibenci (makruh) disaat sangat membutuhkannya dengan mencukupkan dirinya untuk bertawakkal hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Adapun berobat dengan sesuatu yang tidak dilarang maka tidak mengurangi tawakkal kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Ada seseorang yang bertanya kepada Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam: “Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bolehkah aku berobat? Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam seraya menjawab: “Tentu, wahai hamba Alloh berobatlah kalian. Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menciptakan penyakit melainkan pasti diciptakan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Kemudian para shahabat bertanya: “Apa itu (Wahai Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam) Rasululloh Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Penyakit pikun (karena ketuaan).” (HR: Ahmad, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Ghayatul Maram hal. 147). Semoga kita termasuk sebagai hamba Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang berkesempatan dan diberikan hidayah serta kekuatan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala; untuk menjadi Penghuni-Penghuni Al Jannah Tanpa Hisab dan Adzab. Amien….
Senin, 27 Februari 2012
Cinta pertama dan Cinta Terakhir
Ini hadiah ulang tahunku untuk
sahabat tercintaku Lia Lestari. Dia adalah seorang wanita berjilbab tapi ya
kayak roker gitu deh :D. disini aku akan menceritakan tentang cinta pertama dan
cinta terakhirnya. (menurut info yang aku dapat sih gitu.) yuk kita simak
sama-sama.
***
Dia adalah seorang wanita yang saat ini sedang duduk
dibangku SMA kelas 2 di suatu sekolah negeri yang berada di Jakarta Timur. Dia
merupakan wanita yang aktif dalam pengajian yang sering kita dengar yaitu Nurul
Mustofa. Disana dia memiliki teman dekat yang bernama aisyah dan memiliki
seorang guru yang bernama Ustad Rahmat. Lia memiliki teman laki-laki bernama
Ahmad, dan satu sekolah dengannya juga satu pengajian dengannya.
Hari ini adalah hari dimana lia dan ahmad akan melakukan
pengajian bersama yang letak pengajiannya tak jau
“hai li, nanti malem ikut pengajian kan?” sapa ahmad saat
hari itu.
“eh ahmad, iya insya Allah aku ikut pengajian mala mini,
kamu mad?” Tanya lia lagi agar dia berharap untuk terus bisa melakukan
percakapan dengan ahmad saat itu. Jujur saja, lia memang menyimpan perasaan
yang berbeda dengan ahamd karena dengan peringai ahmad yang baik dan sopan tak
lupa juga dia merupakan salah satu siswa tertampan di sekolahnya. Makanya tak
heran apabila lia terpaut hatinya oleh ahmad, tapi bukan semata karena wajahnya
yang tampan saja lho..
“iya aku juga inysa Allah datang kok, masih di masjid
mustofa kan? Hehe” gurau ahmad.
“heh? Yaiyalah mad, kamu ada-ada saja. Yaudah aku duluan
ya, mau ngerjain tugas kelompok dulu nih.” Akhirnya lia mengakhiri pembicaraan
sore itu dan pamit untuk pulang.
***
Malam ini langit tampak bertaburan dengan bintang dan cuaca
pun ikut turut senang dengan malam yang indah ini seakan menikmati pengajian
yang dilakukan oleh kamu anak muda yang sedang menuntut ilmu di masjid yang
penuh barokah itu.
Seusai pengajian, tiba-tiba ahmda memanggil lia dengan
teman laki-lakinya, yaitu si fauzi.
“assalamualaikum li, gimana tadi pengajiannya?” sapa
ahmad memulai percakapan malam itu.
“waalaikumsalam, Alhamdulillah lancer mad, kamu gimana?”
“Alhamdulillah lancer juga, oia akumau ngomong sesuatu
nih sama kamu.” Perasaan lia mulai tak menentu, detak jantung mulai memberikan
iringan nada yang tak jelas dan tak karuan.
“ehh.. mm.. iya mad, ada apa ya?” jawab lia sedikit
gugup.
“kamu sayang gak sama aku?” to the point ahmad menyatakan
perasaannya melalui pertanyaan.
“eh, memangnya ada apa kamu nanya aku kayak gitu?”
“aku saying li sama kamu, kamu mau gak nikah sama aku?” ya ampuuunn… kita masih kelas 2 SMA, tapi
kenapa dia udah berpikir sangat panjang ya pikir lia.
“eh.. mmm sebenarnya sih aku sayang sama kamu, tapi kalau
untuk menikah apa gak terlalu cepat?” jantung lia makin tak karuan, rasanya
jantung itu ingin keluar dari habitatnya dan tak ingin berdetak saat itu.
“heheh ya gak sekarang lah. Alhamdulillah kalau kamu sayang
sama aku, oia aku 2 hari lagi mau sekolah di pesantren li. Kamu mau gak nunggu
aku?” pertanyaan ahmad membuat hati ia seperti jatuh dari langit bebas yang
setelah dibawa terbang tinggi. Baru saja merasakan indahnya menjadi anak muda
tetapi dia sudah harus berpisah.
“eh? Jadi kamu mau di pesantren? Berapa lama?” Tanya lia
yang wajahnya sudah menampakkan kemurungan.
“kira-kira 6 tahun, tapi aku janji li akan mengkhitbahmu
kalau sudah lulus nanti. Aku janji atas nama Allah sang Maha Pemilik Hati
walaupun kita tidak tahu kedepannya, tapi aku janji” janji yang diutarakan oleh
ahmad membuat hat ilia terenyuh seakan tak ingin lepas dari ahmad untuk jangka
kurun waktu yang menurutnya sangat lama sekali.
“mmm.. insya Allah mad hati ini hanya untukmu..”
“insya Allah li, oia kamu mau ke rumahku gak?” ajak
ahmad.
“mm eh udah malem mad, emang gak ganggu keluarga kamu
apa?” Tanya lia.
“eh gak kok, aku Cuma pengen kenalin kamu sama umi aku
aja.” Akhirnya lia dan ahmad serta temannyapun berkunjung ke kediaman ahmad. Sesampainya
di rumah nampaknya semua keluarga ahmad sangat antusias dengan kedatanganku.
“umiiiiiiiiiiiiii, abang bawa cewe miii” adik ahmad
berteriak memanggil uminya ahmad saat melihat aku berada di rumahnya setelah
memberikan salam untuk keluarga mereka.
“eeehh iya ade, siapa sih yang datang?” umipun menjawab
teriakan adiknya ahmad.
“ya gini lah li, soalnya ini adalah pertama kalinya aku
membawa perempuan untuk datang ke rumahku, dan aku bersumpah hanya kamu wanita
pertama dan terkahir yang aku ajak untuk ke rumahku.” Janji ahmad lagi ke lia.
“ooh gitu hehe pantesan” liapun melemparkan senyuman yang
paling terindah menurut dia hehe.
Akhirnya liapun berkenalan dengan uminya ahmad dan mereka
seperti sudah mengenal satu sama lain, sangat akrab!
“iya li, lusa si ahmad akan pergi ke pesantren mohon
doanya ya li.” Pinta uminya ahmad terhadap lia.
***
1 tahun kemudian..
Hari in ilia telah memiliki kekasih baru setelah ahmad
meninggalkan lia untuk bersekolah di pesantren. Kekasih lia bernama ami. Ami merupakan
salah satu adik kelas lia di sekolahnya, dan mereka sudah menjalin hubungan
selama 3 bulan lamanya.
Bulan ini bulan ramadhan, dan malam ini terasa cuaca
sangat tak mendukung. Tiba-tiba setelah pulang dari teraweh, rumah lia diketuk
oleh seseorang.
“assalamualaikum liaa…” lalu dengan segera lia keluar
dari rumah untuk membukakan pintu dari tamu yang tak diundang pada malam hari
ini.
“waalaikumsalam, eh ozi? Ada apa?” fauzi teman ahmad saat
itu tiba-tiba berkunjung ke rumah lia.
“eh li, sibuk gak? Bisa keluar sebentar gak?’ ajak fauzi.
“eh gak kok, emang ada apa?” jawab lia singkat padat dan
jelas. Lalu lia mengikut fauzi keluar dari halaman rumah lia. Tiba-tiba dia
melihat sesorang sedang berdiri menghadap belakang, dan lia hanya bisa melihat
pundak orang itu dari kejauhan, lalu saat telah mendekat, orang tersebut pun
berbalik badan.
“ahmad?!” lia terkejut bukan main, tidak tahu haruskah
senang atau sedih atau bangga atau apa.
“hai li, apa kabar? Aku harap kamu baik-baik saja”
lagi-lagi senyuman manis itu keluar dari wajah tampan seorang ahmad.
“Alhamdulillah aku baik, kamu gimana? Udah pulang dari
pesantren?” Tanya lia canggung seperti baru pertama kali mengenal ahmad.
“aku juga Alhamdulillah baik. Siapa cowonya sekarang li?”
Tanya ahmad langsung pada pokok permasalahan. Lia yang saat ini sudah memiliki
kekasih akhirnya dia memutuskan untuk berbohong dengan ahmad.
“eh belum mad, kenapa emang?” jawab lia agak gugup karena
dia telah membohongi perasaannya sendiri. Dia berpacaran dengan ami tapi
seluruh hatinya masih condong ke ahmad. Maka dari itu dia memutuskan untuk
membohongi ahmad. Akhirnya percakapan di malam yang cuacanya tak mendukung
seakan mengubah cuaca menjadi lebih baik saat itu. Setelah mereka selesai
melepaskan rindu walau sebenarnya lia masih sangat rindu dengan ahmad tapi dia
berusaha untuk menahan hal itu.
“yaudah li, udah malem, aku pamit pulang ya?”
“eh iya mad, hati-hati ya..”
“assalamualaikum li..”
“waalaikumsalam mad..” saat ahmad meninggalkan lia dan
hendak untuk menaiki motor lalu beranjak untuk pergi, tiba-tiba ahmad turun
lagi dari motor dan menghampiri lia lalu mengatakan sebuah kalimat yang hingga
setik ini dan selamanya akan terus terngiang di hati dan pikiran lia.
“aku sayang sama kamu karena Allah li” lalu senyum itu
kembali mengembang di wajah ahmad. Lalu ahmad pun kembali menaiki motornya dan
beranjak untuk pergi. Lia masih saja mematung, lalu ia langsung berlari dari
tempat dan menuju kamar lalu lia meluapkan semua perasaannya di kamar dengan
sebuah diary.
***
Suatu ketika lia membawa diary kesayangannya itu di dalam
tas, lia sekarang tengah duduk dibangku SMA kelas 3, dan saat pulang sekolah
tiba-tiba buku diary lia terjatuh dan diambil oleh ami. Tak sengaja ami membuka
diary lia dan membaca smua isi diary lia. Ami sangat terpukul hatinya saat
melihat tulisan diary lia yang menceritakan tentang ahmad, cinta pertamanya. Lalu
iapun menghampiri lia.
“kalau kamu ketemu-ketemu lagi sama ahmad, aku akan
berbuat sesuatu sama kamu.” Ketas diary lia di robek-robek oleh ami lalu
dibakar oleh ami. Hati lia sangat sedih, amimemang sangat menyayangi lia, tapi lia
benar-benar sayangnya hanya untuk ahmad. Sebenarnya lia mengharapkan kata-kata “kalau
kamu masi ketemu sama dia, kita putus!” tapi ternyata kata-kata itu tak keluar
dari mulut ami.
***
Hari ini masjid mustofa akan mengadakan mauled nabi, lalu
lia berencana untuk mengunjungi rumah ahmad untuk mengundang dirinya untuk
datang ke acara mauled malam hari nanti.
“syah, tolong copiin satu surat undangan lagi ya untuk
ahmad”
“lho li? Bukannya ahmad lagi di pesantren ya?”
“gak kok, pasti dia udah pulang dan sekarang lagi di
rumah. Aku yakin itu.”
“kenapa kamu yakin banget?”
“udahlah kamu buatin aja ya, nanti anterin aku buat pergi
kesana..” setelah aisyah membuat surat undngan, mereka pun pergi berkunjung ke
rumah ahmad.
“assalamualikum..” sambil mengetuk pintu rumah ahmad, lia
mengucapkan salam berharap ahmad akan membukakan pintu untuknya.
“waalaikumsalam.. eh ada apa ya neng?” ternyata yang
membukakan pintu untuk lia adalah uminya ahmad.
“eh ini bu, ada undangan untuk ahmad pergi ke mauled nabi
mala mini, ahmadnya ada kan bu?” Tanya lia tanpa basa-basi.
“oh yaudah sebentar ya umi panggilin ahmadnya dulu..”
lalu uminya pun memanggil ahmad ternyata ahmad sedang tidak ada di rumah,
memang benar dia baru saja pulang dari pesantren tapi dia ternyata sedang pergi
dengan kakaknya. Dengan hati sedih akhirnya lia pun pulang dan menitipkan surat
undangan ke uminya ahmad.
***
5 tahun telah berlalu, tapi hingga saat ini ahmad belum
juga menemui dia untuk melangsungkan janjinya ke lia 6 tahun silam. Ami telah
berpisah dengan lia 3 tahun yang lalu setelah 2 tahun berpacaran karena lia
sudah tidak kuat dengan sifat ami yang sangat protektif, yang tadinya lia
menahan-nahan untuk tidak mengatakan putus akhirnya dia tidak bisa menahan hal
itu dan lia pun memutuskan ami, memang ami saat itu tidak bisa menerima hingga
akhirnya dia pun menerima seiring berjalannya waktu.
Saat lia sedang merenung di rumah tiba-tiba ada bunyi
petasan dan marawis yang arah suaranya tak jauh dari rumah lia, lalu lia pun
keluar dari rumah dan melihat banyak segemrombolan orang dengan berbagai bawaan
seperti ada pelamaran, siapa yang ingin
dilamar ya? Batin lia.. tapi kenapa arah rombongan tersebut menuju rumah
lia, lalu berhenti tepat di depan rumah lia, lalu seorang laki-laki keluar dari
barisan dan berteriak, “assalamualikum liaaaaaa……. Maukah kamu menikah denganku?”
lalu lia mengucek-ucek matanya dan melihat dengan jelas
bahwa lelaki itu adalah ahmad, ya ahmad! Ya Allah lia senang bukan main, lalu
lia pun berlari dan keluar dari rumah bersama-sama dengan uminya. Dan berlari
ke hadapan ahmad. Rasanya lia ingin memeluk, tapi apa daya mereka belum halal. Lalu
liapun mengangguk semangat menjawab khitbahan di Ahmad.
“Alhamdulillah…….!!!!!!!” Semua orang yang menyaksikan
bertepuk tangan dan mengucapkan syukur kepada Sang Pemilik Hati.
Minggu, 26 Februari 2012
Jodoh ditangan Tuhan
Pagi ini langit tampak cerah
diikuti dengan nyanyian burung dan gemercik sungai yang aku lewati di pagi hari
ini. Hari ini aku berniat untuk pergi ke kampus karena ada suatu urusan yang
harus kuselesaikan segera dengan teman-teman organisasiku. Aku pergi ke kampus
menggunakan bus 502 yang mengarah Kampung Melayu dan dilanjutkan menaiki
angkutan umum M16 ke arah pasar minggu. Sepanjang perjalanan menuju Kampung
Melayu, aku hanya termenung melihat jalanan di pagi hari yang sudah sangat
dipenuhi dengan hiruk pikuknya kota Jakarta. Saat tengan berada di Jatinegara
semua pinggiran kota nampak sedang berdiskusi tentang tawar-menawar. Ya itu
pemandangan yang sudah sangat biasa kutemui di jantung kota. Saat turun dari
502 dan mulai memasuki angkutan umum M16 , aku melihat seorang lelaki tua yang
sudah berambut putih tengah memerhatikanku. Aku tak mengerti, tapi aku
pura-pura tak mengetahui bahwa dia sedang memerhatikanku. Sambil membuka
ponselku karena bergetar dan menandakan ada sms, tiba-tiba lelaki tua itu
menegurku.
“de, kuliah dimana?” tanya bapak
itu sangat ramah dengan menyunggingkan senyumnya dipipinya yang sudah
menunjukan tanda menuanya itu.
“eh iya pak, kuliah di STEKPI
pak.” Jawabku seadanya dengan sedikit
senyum diwajahku karena tak ingin terlalu banyak pertanyaan yang dilontarkan
bapak tua itu.
“oh STEKPI dimana tuh?” tanya
bapak itu lagi, padahal yang aku tahu setiap orang yang menaiki angkutan umum
M16 pasti sudah mengetahui dimana STEKPI berada, tapi mungkin bapak itu
benar-benar tidak tahu.
“itu pak di kalibata..” tak
disangka tak diduga ternyata pembicaraan kami sudah memakan waktu lama dan
hampir-hampir telah sampai di tempat tujuanku. Tapi bapak tua itu telah turun
dari angkutan umum itu dan mengucapkan salam kepadaku. Aku bingung entah apa
yang harus dirasakan saat ini. Semua kejadian yang kualami didalam angkutan
umum tadi telah terekam didalam memoriku pada hari ini. Mulai dari perkenalan
singkat hingga akhirnya bapak tua itu ingin mengenalkanku kepada anaknya yang
telah berumur 23 tahun, berjarak 5 tahun denganku yang masih duduk dibangku
kuliah semester 2 saat ini. Menurut pembicaran bapak tua itu yang bekerja tak
jauh dari kampusku yaitu Direktorat Jendral Pajak, bahwa ia memiliki anak yang
benar-benar aktif di keagamaan, dia sekarang bekerja di suatu bank konvesional,
menurut cerita bapak itu pula mengatakan bahwa anaknya akan mengundurkan diri
dari tempat bekerja tersebut karena bank konvensional menurut hukum islam
adalah memakan uang riba, sehingga anak lelaki bapak tua itu merencanakan untuk
mengundurkan diri dari bank tersebut.
Sesampainya di kampus, aku
bertemu dengan temanku di perpustakaan karena akan mengembalikan buku yang
telah dipinjam di perpustakaan.
“eh jay, sini deh gue mau cerita
nih..” awal pembicaraanku dengan jayanti teman dekat di kampusku.
“eh san, kemana aja lu? Gua udah
nunggu daritadi. Mau cerita apa?” tanya jayanti penasaran.
Akhirnya akupun menceritakan
kejadian yang telah kualami di angkutan umum tadi ke jayanti, lalu ia hanya
tertawa mendengar ceritaku itu.
“hahahahahaaa.. wah lu mau
dita’arufin tuh san sama tuh anak. Cieeee” dia malah melediku, bukannya memberi
saran atau masukan.
“eh iya jay, salahnya gue malah
pake ngasi nomor handphone gue segala lagi. Haduh abisnya gak enak liat
bapaknya yang udah nyodorin hapenya ke gue. Gimana dong jay?”
“yaudah let it flow aja siihh..
gue juga gak tau mesti ngasih saran apa hehe. Eh beli bubble yuk” akhirnya
pembicaraan kamipun berakhir, setelah mengembalikan buku perpustakaan, aku dan
jayantipun pergi untuk membeli segelas bubble.
1 minggu kemudian..
Hari ini adalah hari minggu
dimana semua aktifitas sejenak dihentikan dan akupun hendak istirahat karena
seminggu kemarin tidak ada istirahat dan selalu sibuk dikampus karena suatu hal
yang benar-benar harus diselesaikan akhir bulan ini untuk dijadikan laporan ke
DEMA jadi setiap harinya aku harus ke kampus untuk membahas hal itu dengan
teman-temanku. Tiba-tiba saat sedang membaca novel di kamarku, ponselku
berdering menandakan ada telepon masuk, setelah ku lihat ternyata nomor bapak
tua itu, aku telah menyimpannya saat pertemuan seminggu silam.
“halo assalamualaikum pak..”
ucapku mengawali percakapan di telepon itu.
“walaikumsalam nak, masih inget
sama bapak gak?”
“masih kok pak, ada apa ya pak?”
“ini nak, anak bapak yang tempo
hari bapak ceritakan ingin bicara sama kamu nih..”
Deg! Aku jarang sekali menerima
telepon dari orang yang belum dikenal sama sekali, apalagi laki-laki. Aku
benar-benar tidak mengeluarkan sepatah katapun saat lelaki diseberang telepon mulai
pembicaraannya dengan mengucapkan salam kepadaku. Tangkapan pertama yang
kudengar saat mendengar suaranya adalah, suaranya sangat bagus. Mungkin karena
dia suka mengaji, aku tahu itu dari bapak tua yang tempo hari menceritakan
anaknya itu bahwa ia sering kali mengaji dan melaksanakan puasa sunnah.
Subhanallah!
Pembicaraan kami ditelepon pun
berakhir dengan durasi 10 menit. Tidak lama setelah itu ada pesan multimedia
masuk ke ponselku. Saat ku buka ada pesan tulisan ini fotoku san. Lelaki bernama rahman itu mengirim foto lewat pesan
singkat. Aku bingung harus membalas dengan memberikan fotoku juga atau
kubiarkan saja? Akhirnya aku membiarkan foto itu berada di ponselku. Aku tak
membalas apa-apa.
Setelah hari itu, aku dan dia
jarang berkomunikas lagi, tapi ya biarlah. Aku tidak telalu memperdulikannya,
di foto itu, wajahnya dengan kulit berwarna sawo matang, hidung tidak begitu
mancung, alis mata yang menurutku tipis dengan sedikit janggut didagunya tidak
terlalu kubayangkan dibenakku.
***
5 tahun kemudian..
Hari ini aku telah bekerja di
sebuah perusahaan teknologi dibagian akuntan, tetapi aku berniat untuk
mengundurkan diri dan melanjutkan mengajar di sekolah menengah pertama. Karena
memang dari dulu aku memiliki cita-cita yaitu menjadi pengajar. Kalau perlu aku
ingin melanjutkan kuliah S2 ku di negeri orang, tapi nampaknya kuurungkan
niatku itu karena belum memiliki uang cukup untuk kuliah di luar negeri. Saat
tengah bekerja di sebuah ruangan yang hanya ada aku sendiri disini sedangkan
karyawan yang lain tengan beistirahat, aku hanya mengetik suatu cerita yang
menurutku bisa menghilangkan kebosananku, lalu tiba-tiba temanku riska
menyapaku.
“hei san, gak istirahat? Ke
kantin yuk?” ajaknya tapi aku siang ini nampak tak berselera dengan makanan di
kantin hari itu selain itu tadi pagi aku juga menyiapkan bekal untuk ke kantor.
“eh gak deh ris, kamu aja. Aku
bawa bekal. Hehe”
“oh yaudah, gue duluan yaa”
setelah riska pergi, akupun melanjutkan mengetik cerita yang ada di depan layar
komputer. Riska merupakan senoirku disini, dia telah bekerja sekitar 1 tahun
silam. Tak lama setelah itu, ponselku berdering menandakan ada pesan masuk.
Saat kubaca ternyata pesan dari rahman! Aneh sekali, setelah 5 tahun tak muncul
lalu tiba-tiba mengirim pesan kata-kata yang indah menurutku
Bunga mawar
nan cantik itu
memang tak
bisa disentuh oleh
sembarang
tangan karena
durinya
yang bisa melukai
siapapun
yang menyentuhnya
Begitu juga
dengan permata
yang ada
didalam lemari kaca
nan indah,
tak semua orang beruang
bisa
memilikinya karena harganya
yang begitu
sangat mahal
Tak lain
pula dengan ratu-ratu
terkemuka
di semua negara,
tak semua
lelaki bisa menggapainya
kecuali orang-orang yang
sangat dekat dengannya
Itulah kamu
bidadari surga impianku J
Aku tidak mengerti maksud dari
pesan yang rahman kirimkan siang hari itu. Lalu tak lama setelah itu ada pesan
lagi, yakni dari rahman pula yang mengajakku untuk berbicara dengan orang
tuanya. Akupun menolak, tetapi ia malah meminta alamat rumahku untuk dikunjungi
oleh ayah dan ibunya. Akupun memberinya, aku punya pikiran bahwa ia akan
meminangku, tapi aku benar-benar belum siap.
Beberapa hari setelah rahman
meminta alamat rumahku, dia dan kedua orang tuanya berkunjung ke rumahku.
“assalamualaikum bu.. benar ini
rumahnya santika?” tanya bapak tua itu ke ibuku, aku yang sedari tadi tengah
mengintip dari kamarku melihat ibuku sedang menerima tamu didepan, tapi sedikit
bertanya juga, apakah itu benar-benar rahman dan kedua orang tuanya? Bapak yang
5 tahun silam ku temui di angkutan umum itu sih iya, tapi rahmannya? Saat dia
mengirimkan fotonya lewat pesan beberapa tahun yang lalu tidak seperti itu
wajahnya, rahman yang sedang kulihat saat ini adalah lelaki tingginya melebihi
aku dan ibuku, berkulit putih, hidungnya mancung dengan mata yang sedikit belo
lalu alis mataya yang tebal dengan janggut didagunya yang tidak begitu banyak.
Subhanallah! Tampan sekali lelaki itu, tapi dia siapa ya? Aku langsung menutup
gorden tempat aku mengintip mereka yang tengah berada di ruang tamu. Apakah dia
kakaknya rahman? Entahlah!
“iya pak betul, ayo silahkan
masuk dulu” lalu ibuku mempersilahkan mereka duduk dan ibupun meninggalkan
mereka lalu menuju kamarku. Aku segera pergi ke kasur dan menutup wajah dengan
selimut. Aku seperti anak kecil yang tengah dikunjungi oleh guru SD karena
sudah tidak masuk dengan kurun waktu yang lama. Benar saja beberapa detik
kemudia, ibuku menyuruhku untuk keluar dari kamar dan menemui mereka. Aku
langsung mengenakan rokku dan jilbab yang bisa menutupi dada. Lalu beranjak
untuk menemui tamu di depan. Dengan menunduk akupun menghampiri mereka, dengan
detak jantung yang tak karuan bunyinya
“assalamualaikum..” aku mengawali
pembicaraan mereka, lalu rahman berdiri dan aku sedikit mendengar decakan
subhanallah dari mulut rahman. Aku tidak mengerti, apa ada yang salah dengan
pakaianku? Aku mengenakan rok panjang, kaus kaki dan jilbab yang wajar. Mungkin
habis melihat suatu ciptaan Allah yang mengagumkan, entahlah! Aku
celingak-celinguk mencari ibuku yang tak kunjung keluar karena sedang
membuatkan minum untuk mereka.
“rahman, ini yang namanya santika
yang bapak ingin jodohkan ke kamu” mendengar bisikan ayahnya lalu aku memiliki
pertanyaan yang sangat besar. Rahman?! Dia rahman?! Lalu foto yang waktu itu ia
kirimkan kepadaku itu siapa? Tak lama setelah itu ibuku keluar dari dapur dan
membawa minum serta cemilan untuk dinikmati.
“baiklah bu, langsung saja ya
kami memperkenalkan diri. Saya orang tua rahman, temannya santika bu berniat
untuk mengkhitbah anak ibu untuk dijadikan istri untuk anak saya. Bagaimana
bu?” ibuku langsung tercengang dan menegok ke arahnya dengan raut muka yang
penuh dengan tanya. Aku hanya diam seribu bahasa.
“maaf pak sebelumnya, saya kan
belum mengenal anak bapak serta bapak dan ibu dalam keluarga kami. Bisakah
bapak menceritakan semua ini terlebih dahulu? Kalau boleh jujur saya
benar-benar tidak tahu apa-apa” tanya ibuku dengan polosnya.
“begini bu, beberapa tahun silam
saya dan anak ibu bertemu disebuah angkutan umum, lalu saya berniat untuk
mengenalkan anak ibu dengan anak saya. Lalu..”
“oh iya saya ingat, waktu itu si
santika juga pernah bercerita tentang hal itu tapi kenapa sekarang tiba-tiba
banget ya pak? Lalu kenapa tidak diberi kabar terlebih dahulu?” tanya ibuku
yang mulai mengerti duduk permasalahan.
“iya, waktu itu saat pertemuan
kami, anak saya menyuruh saya untuk menunggu beberapa tahun untuk santika agar
bisa menyelesaikan kuliahnya, dan semasa menunggu si rahman sengaja tidak
menghubungi santika untuk beberapa kurun waktu yang sangat lama karena anak
saya tidak mau cintanya ternodai dengan hal-hal yang diharamkan dalam agama.”
“ooh iya saya mengerti..
keputusan ini sebenarnya tidak membutuhkan jawaban saya, mungkin dari pihak
yang bersangkutan. Jika anak saya bersedia, ya saya menyetujui pula. Tapi mohon
maaf pak, santika sudah tidak tinggal dengan ayahnya karena saya dan ayahnya
telah berpisah sejak santika masih kecil. Untuk informasi bapak, ibu dan nak
rahman saja.”
“oh iya bu gapapa kok. Gimana nak
santika?” aku diam termangu, lalu aku berlari ke kamar tanpa izin dengan orang
yang sedang melakukan pembicaraan itu.
“santikaaa.. nakk sini dulu.” Ku
dengar suara ibuku memanggilku, tapi aku tak memperdulikannya.
“maaf pak sebelumnya, mungkin
belum bisa dijawab kali ya karena mungkin juga ini semua terlalu cepat dan
mendadak sekali. Mungkin saya akan bicarakan dengan anak saya terlebih dahulu.
Gimana pak?” ibuku berusaha sesopan mungkin menghadapi tamu yang menurut ibuku
itu terhormat karena bawaan mereka benar-benar wibawa sekali.
“oh iya bu gapapa, sebelumnya
kami juga minta maaf karena mungkin terlalu cepat. Rahman akan menunggu kok
bu.” Bapak itu melemparkan senyumnya lalu pamit pulang.
“sayaangg, buka pintunya dong?”
took took took! Suara ketukan pintu kamarku mulai terdengar dan aku tahu pasti
ibu ingin menenangkanku dan membicarakan hal ini baik-baik. Lalu akupun
beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu kamar.
“kamu kenapa sih? Kok jadi kayak
anak kecil gitu?” tanya ibuku sambil membelai kepalaku yang berada
dipangkuannya.
“aku gak bisa bu, ini terlalu
cepat. Aku belum begitu mengenal mas rahman. Ibu tahu? Beberapa tahun silam dia
pernah mengirimkan foto ke aku dan saat aku melihatnya tadi mengapa sangat
berbeda dengan yang ada di foto waktu itu. Aku tidak mengerti mengapa rahman
membohongiku bu” isak tangisku mulai terdengar saat ini. “aku belum siap untuk
menikah saat ini. Mungkin nanti saja bu kalau aku sudah siap jiwa dan raga. Aku
masih ingin membahagiakan ibu. Toh jodoh gak akan kemana. Dia Yang Maha Tahu
sudah mengatur semua ini di lauhul mahfudz-Nya.” Aku mulai memutuskan hal ini
dan menolak khitbahnya rahman.
“kalau itu keputusan kamu ya gak
papa, ibu sih hanya berdoa supaya kamu bisa mendapatkan yang terbaik. Yaudah
nanti kalau keluarga mereka datang lagi kemari ibu yang akan menemui dan bicara
tentang hal itu ya? Udah kamu jangan sedih dong. Mana nih anak ibu yang
biasanya ceria?” goda ibuku, akupun tersenyum.
***
Sampai pada saat ini aku masih
aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi keagamaan yang biasa disebut dengan
liqo. Aku memiliki seorang murobiyah bernama ibu latifah, dia kadang
menjodohkan santri-santinya dengan santri yang dibawahi oleh suaminya yaitu pak
ihcsan. Sekarang mungkin adalah saat yang tepat untuk berikhtiat meminta petunjuk
melalui murobiyah itu agar aku bisa menentukan jawaban yang akan aku berikan ke
rahman. Hari ini adalah hari dimana aku akan mengikuti liqo.
“assalamualaikum bu, aku boleh
cerita gak?” sapaku memulai pembicaraan di sore hari yang sangat cerah itu.
“waalaikumsalam nak, oh iya sok
atuh. Mau cerita opo toh neng?” jawab bu latifah sambil merangkul pundakku, dia
sudah kuanggap seperti ibuku sendiri.
“gini bu, kan aku pernah punya
kenalan dari seorang bapak tua yang aku kenal di angkot 5 tahun silam, lalu dia
mengenalkan aku dengan anak laki-lakinya bu. Saat perkenalan di hari itu kami
telpon-telponan tapi gak lama sih bu, lalu setelah hari itu dia tiba-tiba
menghilang dari kehidupanku. Aku pikir dia telah mendapatkan pendamping baru
kan bu karena umur kita terpaut 5 tahun. Lalu beberapa hari yang lalu saat aku
sedang di kantor, tiba-tiba ada sms masuk dari laki-laki itu bu lalu dia
kemarin dengan orang tuanya mengunjungi rumahku dan berencana untuk
mengkhitbahku bu, aku belum menjawab khitbahnya dia. Karena aku sangat bingung
dengan apa yang harus aku lakukan. Apakah mungkin ini saatnya aku mencari jodoh
bu?” ceritaku panjang lebar mengharapkan jawaban atas keluhanku.
“oh begitu ya nak, gimana kalau
kamu ibu kenalkan dengan santri yang dibimbing suami ibu? Kamu cukup menuliskan
data diri kamu dan kamu berikan ke ibu. Insya Allah ada jalan nak” mungkin
memang ini saatnya, baiklah akan aku coba untuk hal itu. Bismillah!
Saat selesai menuliskan semua
data diriku disebuah kertas selembar, akupun memberikan kertas itu ke bu
latifah dan mengharapkan agar ada suatu jawaban dari Yang Maha Kuasa dan Maha
Pemilik Hati.
***
Beberapa hari setelah itu, aku
telah memegang data diri seorang akhi dari santri suaminya bu latifah. Setelah
kubaca semua profil dari dia bismillah! Namanya Muhammad Abdurahman
Sudirohusodo. Mungkinkah ini jodohku? Rasanya hatiku memang sudah mantab dengan
pilihan ini. Semoga ini memang jawaban dari Allah untukku. Baiklah sekarang
saatnya aku memberitahu dengan orang tuaku bahwa inilah pilihanku, dan aku bersiap
untuk menjawab khitbahan dari rahman.
“assalamualaikum
bu, aku bawa kabar baik untuk menjawab khitbahan dari rahman bu. Sepertinya aku
akan memilih calon suami yang dipilihkan oleh murobiyah aku.” Jelasku panjang
lebar tanpa membiarkan ibu menjawab salamku terlebih dahulu.
“walaikumsalam,
duduk dulu sini nak. Ayo pelan-pelan ceritakan.” Setelah itu akupun
menceritakan semua hal yang telah aku alami di tempat aku mengaji. Ibuku tampak
setuju karena memang apa-apa yang diputuskan olehku dan akupun nyaman dengan
keputusan itu maka ibuku pun akan mendukung keputusanku itu.
***
Beberapa hari
setelah itu rahman dan keluarganya beserta murobiyahku dan suaminya mengunjungi
kediamanku. Hari ini hari libur dan aku sedang tidak berada di kantor.
“assalamualaikum
ibu ana..” sapa muribiyahku yang memang sudah sangat akrab dengan ibuku.
“waalaikumsalam
bu ayo silahkan masuk. Eh ada nak rahman juga.. ayo masuk-masuk.” Setelah ibuku
mempersilahkan masuk lalu mereka menyampaikan maksud kedatangan mereka
berkunjung ke rumahku.
“saya dan
keluarga saya kemari bermaksud untuk mengkhitbah dan menanyakan konfirmasi
ulang tentang khitbahanku tempo hari yang lalu bu.” Saya hanya diam belum
mengerti akan benang permasalahan.
“iya nak
santika dan ibu ana, ini anak yang bernama Muhammad Abdurahman Sudirohusodo. Dia adalah
santri dari suami ibu.” Ibu latifah memperkenalkan rahman denganku. Aku tidak
tahu harus berkata apa.
“oohh
jadi ini toh yang anak saya ceritakan tentang santri yang telah dijodohkan oleh
ibu latifah. Jadi nak?” Tanya ibuku bermaksud untuk menyuruhku untuk
mengeluarkan suara.
“jadi Muhammad
Abdurahman Sudirohusodo itu mas rahman?” tanyaku benar-benar belum mengerti.
“iya nak,
jadi kamu sudah mengenal nak rahman sebelumnya” Tanya bu latifah.
“iya
ukhti saya Muhammad
Abdurahman Sudirohusodo..” senyum yang indah dari wajah yang tampan merekah
bagaikan bunga yang tersiram oleh air nan segar.
“iya bu
saya sudah mengenal mas rahman sebelumnya..”
“wah jadi
gak perlu nunggu lama-lama nih bu, mari saja kita tentukan tanggal walimahnya.”
Jawab bapak rasyid yang selalu aku sebut bapak tua.
“Alhamdulillah”
semua menyeru..
Akhrinya aku
mengerti semua, bahwa Muhammad
Abdurahman Sudirohusodo itu memang mas rahman, dan mas rahman adalah santri
dari suami bu latifah. Ya Allah semoga memang dia benar-benar jodohku. Bismillah!
Kamis, 02 Februari 2012
Roda Kematian
Roda
Kematian
Karya: Santika Febriany
Bumi
tergoncang saat itu, seakan marah!
Bumi
bak ingin memuntahkan semua yang tersimpan rapih didalam perutnya
Bumi
seakan tak ingin bersahabat dengan kawanan makhluk
Manusia
berteriak seakan burung kehilangan induknya!
Mencari
tempat indah yang bisa membuat damai seketika!
Bulan,
matahari, planet jatuh seakan tersengkat kaki
Menimpa
kawanan maklhuk hidup yang berteriak!
Dengan
seketika hari akhir itupun meleburkan segala kandungan di perut bumi!
Pada
hari itu mereka semua berkumpul, dikumpulkan seakan ada kabar bahagia ingin
menimpa mereka!
Padahal
mereka tidak tahu golongan mereka golongan yang celaka!
Semua
saksi dikerahkan untuk menjadi saksi selama mereka menjadi wayang di bumi!
Ingatlah
wahai anak cucu adam! Kalian telah banyak diberi nikmat bertubi-tubi dari Yang
Kuasa, mengapa engkau mengingkarinya?
Ingatlah
wahat anak cucu adam! Inilah zarrah yang pantas kalian dapat!
Kemudian
nikmatilah semua ini dengan gundah hati! Tak ada gunanya mengadu, mengampun saat
ini! Terlambat sudah!
Langganan:
Postingan (Atom)