Mengenai Saya

Foto saya
Ketika sebuah kalimat yang keluar dari mulut tak bisa didengarkan oleh orang lain. Maka Menulislah, disitu Anda akan dikenang sepanjang usia Anda, karena mungkin kata-kata yang keluar dari mulut tak bisa mengubah seseorang, tetapi tulisan yang dibaca berulang bisa menjadi pengaruh untuk seseorang. Maka Menulislah!

Jumat, 13 Desember 2013

Free Rider? Pengen Sih!


Entah ini namanya apa, yang jelas setiap saya mendapatkan tugas kelompok atau tugas yang harus dikerjakan secara bersama-sama, pastilah saya merasa kurang nyaman dan lebih dari lima puluh persen saya merasa bahwa pekerjaan yang dikerjakan secara bersama-sama ataupun pekerjaan yang dilakukan secara kelompok tidak bersifat adil atau ada yang mengerjakan tidak sesuai dengan porsinya. Istilah kerennya sih ada yang menjabat sebagai free rider. Memang pastilah ada di suatu kelompok bekerja atau kelompok belajar yang menjadi free rider. Namun tak pernah sedikitpun terlintas dibenak saya untuk menjadi free rider—pada sebelum itu.
                Mungkin salah satu kekurangan saya yang membuat bekerja kelompok terasa tidak nyaman (wabil khusus untuk teman-teman yang tidak mengenal siapa ‘saya’) adalah saya selalu ingin selesai lebih dulu dan tidak ingin menunda-nunda pekerjaan atau menumpukkan pekerjaan. Hal tersebut mungkin membuat teman-teman satu kelompok saya merasa tidak nyaman dan tidak mengerjakan tugas tersebut sesuai dengan deadline yang telah saya tentukan. Namun kembali lagi, sebenarnya saya melakukan hal tersebut hanya karena tidak ingin menambah beban teman-teman sekalian untuk memikirkan tugas tersebut dan jika tugas tersebut telah selesai maka tidak akan ada beban lagi, walaupun tugas tersebut dikumpulkan masih jauh-jauh hari. Karena (jujur saja) tugas saya atau amanah saya yang lain masih ada di waiting list dan harus segera diselesaikan.
                Tetapi sesekali saya pernah mencoba untuk tidak memberikan deadline dan saya pernah berpikir untuk menjadi seorang free rider lalu menerapkan jabatan free rider itu untuk mengerjakan tugas kelompok, tetapi giliran saya telah menjabat sebagai free rider, teman-teman sekelompok sayapun menanyakan apa yang harus mereka kerjakan untuk menyelesaikan tugas tersebut kepada saya. Hal itu membuat saya kembali memikirkan pembagian tugas dan jabatan free riderpun dicopot seketika mengingat bahwa tugas saya sebagai mahasiswa adalah (juga) memiliki kualitas dalam bidang akademik.
                Renungan seketika hinggap dipikiran saya karena suatu hal, yakni hal yang meluapkan perasaan mengapa saya tidak bisa menjadi free rider sedangkan yang lain bisa melakukan itu tanpa memikirkan tanggung jawab mereka. Semangat memang dibutuhkan dalam mengerjakan tugas berkelompok, tapi yang tidak kalah pentingnya adalah action nyata dan tidak hanya sekedar ucapan. Berkali-kali saya menginstruksikan dan jika telah saya lakukan berkali-kali itu berarti tugas tersebut telah dekat dengan deadline, padahal jika mereka—teman sekelompok saya mengerjakan tugas sesuai dengan deadline, maka sayapun tidak akan ‘bawel’ meminta, memohon ataupun mengemis kepada mereka untuk mengumpulkan tugas mereka maupun mengerjakan tugas mereka.
                Sifat ini mungkin menjadi salah satu kekurangan saya yakni mengerjakan sesuatu dengan terburu-buru (silahkan baca karakteristik orang sanguinis-koleris apabila ingin mengetahui kekurangan saya seperti apa) dan ingin selesai lebih awal (lagi-lagi karena masih ada amanah di tempat lain) sehingga hal tersebut membuat semua teman-teman sekelompok saya tidak nyaman karena kebiasaan mereka tidak seperti saya yang ‘terburu-buru’ dan tidak bisa menyesuaikan kinerja saya yang bersifat mendeadline. memang benar apa kata salah satu guru saya sewaktu saya duduk dibangku SMK, bahwa kita tidak bisa membuat SEMUA ORANG menyetujui apa yang kita lakukan, tetapi setidaknya kita masih bisa membuat BANYAK ORANG menyetujui apa yang kita lakukan.
                Mungkin salah saya juga yang terlalu berfokus pada ketidaksetujuan teman-teman dengan kinerja saya yang lebih-lebih dari pada deadline, sedangkan saya tidak berfokus pada teman-teman saya yang setuju dengan sifat saya yang seperti itu (yang menanyakan apa yang harus mereka kerjakan dalam tugas tersebut). melaui tulisan ini, sebenarnya tujuan saya adalah untuk meminta maaf kepada setiap rekan yang pernah menjadi rekan saya dalam mengerjakan tugas kelompok karena sifat jelek saya yang mendeadlinekan segala sesuatu tidak pada tempatnya. Saya benar-benar minta maaf dan berharap semua yang pernah menjadi satu tim dengan saya bisa membuka pintu maaf yang selebar-lebarnya untuk saya.
                Tetapi pesan saya diakhir tulisan ini adalah: Maaf sebesar-besarnya dan tolong hargai teman kalian yang memiliki kepentingan diluar kepentingan sekelompok dan tolong berinisiatif tinggi dalam menanyakan tugas kelompok. Sekali lagi, semangat membara tak ada gunanya jika tidak ada action yang nyata!!! (ditulis dalam keadaan berderai air mata, kesal dan kecewa karena teman sekelompok bisnis saya tidak ada yang menunjukkan aksi nyatanya dan tidak ada yang berusaha untuk menjemput bola!. Hmm tanggal berapa ya sekarang?) 14/12/13

Kamis, 12 Desember 2013

Belum Saatnya, Rah!


“coba lo yang baju biru.. lay up-nya jangan dari kanan mulu dong. Gimana mau bisa kalo lo gak nyoba lay up dari kiri?” ujar Viko—sang senior basket sekolah menegur Farah yang sedari tadi tak ingin mencoba melalukan lay up dari sebelah kiri lapangan. Farah yang ditegur hanya memasang wajah manyun. Hari ini dia tidak mood untuk melanjutkan latihan basketnya, padahal selama ini dia tidak pernah absen untuk mengikuti ekskul basket karena tak ingin absen pula untuk sekedar melihat Viko—sang senior super jago main basket yang selama ini menjadi pujaan hatinya.
          “yaudah lah ka, gue ijin pulang dulu. Lagi gak mood!” Farahpun segera mengambil tasnya untuk segera pulang dan enyah dari lapangan. Sebenarnya Farah tak ingin pulang, tetapi karena sedari tadi Viko selalu memprotes permainannya di lapangan, iapun tak tahan untuk melanjutkan latihanyna, padahal permainannya sudah baik, ya walaupun dia tidak pernah mencoba untuk melakukan lay up dari kiri. Farah memutuskan untuk sekedar menghilangkan rasa bad moodnya di salah satu warung es kelapa yang selalu ia kunjungi setiap pulang sekolah.
          30 menit berlalu, tetapi Farah masih berada di warung es kelapa tersebut, karena ia merasa bad moodnya belum pudar padahal ia telah menghabiskan 3 gelas es kelapa,
          “oohh jadi lo mau nongkrong disini? Tadi katanya mau pulang.. dasar tukang boong.  Jujur aja kali, gak usah boong gitu sama anak-anak” suara Viko terdengar dari belakang punggung Farah, dan Viko segera duduk disamping Farah.
          “eh lo ka! Abis gue males banget sama lo! Dari tadi permainan gue di proteeeesss mulu. Padahal gue udah show up permainan terbaik gue tadi.”
          “hahaha baru gitu aja udah down, cupu banget sih lo..” Farah hanya terdiam mendengar ocehan Viko, sebenarnya ia terdiam ingin menghilangkan rasa deg-degannya yang sedang berada di dekat Viko karena tidak seperti biasanya Viko so akrab dengan Farah. “lo kok diem aja sih? Eheemm... pengen to the point ah, jadi selama ini dudu di mading buat gue itu dari lo?” tiba-tiba Farah tersendak mendengar ucapan Viko yang terakhir.
          Tau dari mana dia kalo selama ini yang ngirim dudu ke dia mengenai kekaguman gue itu dari gue? Waaahh ada yang bocor nih..batin Farah. Farah berusaha untuk menghilangkan kegrogiannya dengan diam terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari Viko.
          “hah? Ngg... nggak kak! Pede banget lo.. tau dari mana emang? lo aja gak tau nama gue siapa kan? Tadi aja buktinya manggil gue gak pake nama. ckckckck”
          “hahaha gak usah pucet gitu dong mukanya, ada lah.. Gue tuh sebenernya tau nama lo, Cuma tadi emang lagi males manggil nama lo aja. Hehe.. Ternyata cewek yang selama ini gue kagumin mengagumi gue juga. Dasyaatt, gak nyangka gue!!” ujar Viko seraya menatap langit di sore hari yang cukup cerah.
          “maksud lo?” kening Farah berkerut-kerut seperti sedang mengerjakan soal ujian sambil menunggu jawaban Viko selanjutnya.
          “pikir aja sendiri..” merekapun berlarut dalam percakapan yang cukup panjang dan menarik untuk keduanya, sehingga tak terasa langit sudah mulai menggelap. Lalu Farah izin untuk pulang, dan Viko menawarkan untuk mengantarkan tetapi Farah menolak.
          ***
          Next day, Farah berniat untuk menceritakan semua kejadian yang ia alami kemarin sore kepada Putri—sahabatnya yang selama ini mengetahui perihal kekaguman terhadap Viko yang sudah mendarah daging didiri Farah.
          “hah? Serius lo Rah?! Kok bisa sih?!! Sumpah bukan gue yang ngasih tau ke kak Viko soal dudu yang selalu lo kirimin buat dia. Tapi aneh ya.. kenapa dia bisa tau gitu? Emang ada yang tau soal itu selain gue?”
          “maka dari itu, gue bingung.. apa mungkin pihak dari pengurus mading ya yang ngasih tau? Wah kalo iya parah bangeet! Tapi ya Put, pas kemarin gue mulai asyik ngobrol sama dia, semua perasaan kekaguman gue dll yang selama ini bikin gue jadi gimanaaaaa gitu ke dia, hilang seketika! Gue tuh jadi ngerasa biasa aja gitu. Padahal lo tau kan? Gue udah lama gitu nge-fans banget sama Viko. Tuh kira-kira kenapa tuh?” belum sempat menjawab pertanyaan dari Farah, tiba-tiba orang yang menjadi objek pembicaraan mereka sudah berada diantara mereka.
          “hai Rah.. kantin yuk!?” Farah melirik ke arah Putri, dengan maksud bertanya apakah ia harus menerima tawaran dari Viko atau tidak. Putri mengiyakan dengan isyarat. Lalu Farahpun mengangguk setuju atas tawaran yang diajukan Viko untuknya.
          ***
          Keduanya menghabiskan makanan di kantin dengan lahap, banyak mata tertuju pada mereka berdua, tetapi Farah yang memang memiliki sikap cuek menganggap itu biasa saja karena memang yang sedang berada disampingnya kini adalah Viko, salah satu siswa famous yang berada di sekolahnya.
          “Rah.. gue mau ngomong sesuatu, boleh?” Tiba-tiba suasana menjadi sangat kaku dan serius karena nada bicara Viko yang memang sedang menunjukkan keseriusannya.
          “ngomong aja lagi kak, biasanya juga lo kalo ngomong gak pake minta ijin.”
          “mmm sebenernya gue udah lama mendam perasaan ini... dan maaf kalo sedikit menyinggung perasaan lo. ngg.. gu.. gue su..suka sama lo Rah.” Suara gugup yang berasal dari rongga mulut Viko membuat Farah tersendak karena Farah sedang dalam keadaan meminum jus jeruknya.
          “hah?! Apaaann kak?! Gue gak salah denger??!! Masa sih?”
          “nnggg iya bener.. kenapa emang? gak boleh ya? Gue tuh sengaja langsung ngomong ke lo kayak gini supaya gak kesamber orang duluan. Ngg.. lo mau gak jadi pacar gue?”
          Kok gue biasa aja ya...?? mana nih perasaan yang suka deg-degan? Liat Viko dari jauh juga biasanya deg-degan.. ini kok lagi ditembak malah biasa aja ya? Aadduuuhh gimana nih? Terima atau tolak ya? Batin Farah. Hening sejenak.
          “nggg.... sorry kak. Gue gak bisa.. gue.. nggg gue tuh Cuma kagum doang sama lo. Gak lebih.. mmm gue duluan ya kak!” Farahpun segera pergi meninggalkan Viko yang masih terpaku karena jawaban yang diberikan olehnya. Farah berlari menuju kelas dan langsung menuju bangku yang saat ini tengah diduduki oleh Putri. Lalu Farahpun menceritakan apa yang sehabis ia alami.
          “ckckckckck.... gak nyangka gue Rah! Ternyata selama ini lo kayak orang gila kalo liat Viko lewat didepan jendela kelas, lo yang gak pernah absen untuk ikut ekskul basket, lo yang selalu bilang iiihh Putri gue deg-degan banget abis ngeliat dia, tiba-tiba tuh feel hilang karena semua itu terbalas. Ngg... itulah Rah, yang namanya kagum. Just kagum!”
          “tapi Put.. gue bego gak sih nolak dia? Aaddduuuhh gimana ya..?”
          “gak kok.. lo gak bego. Gue setuju malah sama keputusan lo ini. Daripada nanti pas lo jadian tapi no feel kan? Yaudah mending lo sekarang biasa aja dan jauhin aja si Viko, daripada Vikonya sakit hati kalo liat lo, yakan? Lagipula nih ya, belum saatnya Rah lo punya pacar. Laah wong lo juga belum ngerti sama yang namanya cinta kan? Mending lo cari tau dulu deh makna cinta apa. Jangan tumbuhin rasa cinta kalo lo belum ngerti apa itu cinta. Gak ada gunanya juga kan lo pacaran? Apa coba manfaatnya? Lebih banyak ruginya lagi kalo lo pacaran... udah laah! Urusin sekolah dulu. Suksesin diri lo dulu. Bahagiain orang tua lo dulu. Nanti kalo udah siap, baru deh tuh cari pasangan hidup buat selamanya. Ya nggak??”
          “mmmm iya juga siihh... udah aah. Jangan nge-fans fans-an dulu. Daripada nanti yang gue fans-in malah suka sama gue dan guenya biasa aja kan berabe. Hehe” mereka berduapun tertawa lepas tanpa memedulikan sekitar.

Minggu, 06 Oktober 2013

Syahmo Hij'up

mengawali awal tahun semester 5, saya dan kawan-kawan memiliki tugas mata kuliah pengalaman wirausaha yang mengharuskan kami untuk berwirausaha. saya dan kawan-kawanpun memilih untuk membuka bisnis kebutuhan muslimah (lagi). entah mengapa mungkin karena saya telah jatuh cinta dengan bisnis macam itu.
sekilas tentang syahmo hij'up--didirikan oleh 6 orang personil yang salah satunya adalah saya sendiri (selebihnya nanti lagi aja deh).
sekalian promosi deh...



Minggu, 15 September 2013

How to Move On?

Assalamu’alaikum semuanya, apa kabar? Semoga masih dalam lindungan Allah. Aaammmiinnn...

Kali ini saya pengen nulis artikel santai nih. Sebenernya udah lama banget pengen nulis tentang ini. Yang ngedorong untuk nulis tentang ini karena ngeliat kayaknya galau itu lagi fenomenal banget (survey sendiri melalui dunia maya, ex: facebook dan twitter). Kaula muda kayaknya gak klop banget kalo gak disatuin sama galau.

Nah biar gak galau-galau lagi, saya pengen coba jabarin dengan kata-kata sendiri mengenai tips buat move on. Tips-tips ini berasal dari Bang Tere—penulis yang bener-bener menginspirasi, pas saya ikut seminar yang diisi sama beliau. Nah dibawah ini ada list penyebab galau dan caranya buat move on. Yuk dibaca J

Pertama dan yang paling utama KEKUATAN ‘TIDAK BILANG’. Naaahh, coba deh ditelaah. Yang bikin kita susah untuk move on apa? Kebanyakan cerita sama orang, ya kan? Bener dong. (lah wong saya juga pernah galau hehehe) jadi, kalo kalian lagi galau karena diputusin pacar atau karena cinta bertepuk sebelah tangan atau karena cinta lama yang belom kelar atau karena pengen punya pacar, Pliiiss banget jangan ngadu sama orang-orang, mending ngadunya sama Allah—yang nyiptain rasa itu didalam hati kita dan yang nyiptain kita jadi punya rasa. Lebih pas, lebih ngena dan lebih tenang. Coba kalo kita cerita sama orang, beeuuuhh pasti inget-inget sama si ‘dia’ mulu deh. Dan itu tuh yang bikin kita susah move on. Mending jangan mikirin buat dapetin pacar atau untuk pacaran deh, soalnya kalo pacaran itu kan abis manis sepah dibuang (ini pengalaman juga lho, lah wong saya juga pernah pacaran *pas masih jahil, astaghfirullah). Mending kita semua nih yang lagi merindu, pantesin diri aja deh. Tau kan janji Allah yang bilang kalo wanita baik pasti dapet laki-laki baik dan begitu sebaliknya. So, kalo lagi galau jangan bilang-bilang sama orang yaa J

Kedua yaituu HAKIKAT MENUNGGU. Hmmm... banyak nih orang galau karena kebanyakan nunggu si ‘dia’ yang gak kunjung ngerti perasaan kita. Ya gak? Ya doongg, (lah wong saya juga pernah nunggu hehehe). Saya mau nanya nih, tapi sebelumnya baca dengan seksama dulu ya cerita pendek berikut ini (beneran pendek kok). Sebut saja bunga, dia diajak belanja sama ibunya buat pergi ke arisan ibu-ibu pkk yang ngebetein dan gak bisa diperkirain sampe jam berapa tuh arisan selesai (bisa bayangin kan kalo ibu-ibu lagi ngumpul biasanya ngapain, ngoceh-ngoceh tanpa peduli sekitar. Hehehe). Si bunga ini nunggu ibunya yang lagi arisan. Pilih mana nih ya? Ada beberapa metode menunggu ala si bunga. Pertama, Satu jam pertama masih bisa nunggu, satu jam berikutnya udah mulai selonjoran, rebahan dikit terus bangun lagi. Nungguuu aja, gak ngapa-ngapain sampe ibunya selesai arisan. Kedua, satu jam pertama nunggu sambil main hape, satu jam kedua ngelongok kedalem berharap ibunya udah selesai, jam-jam berikutnya main hape lagi. 
Ketiga, satu jam pertama, kedua, ketiga, dia sibuk nyari hal yang bisa bikin dia gak bete. Contoh, ngobrol sama pembantu majikan yang punya rumah, main hape dikit-dikit, baca majalah yang ada di ruang tamu dll. Naahh metode menunggu mana yang paling kalian sukai? Saya berharap metode menunggu yang banyak kegiatan, seenggaknya bikin kita jadi gak bete-bete banget gitu. Begitulah seharusnya, sebenernya yang bikin kita susah move on adalah hakikat menunggu yang gak pasti. Kalo emang pengen nunggu beneran, mending isi tungguan kita itu dengan hal positif—mantesin diri, seenggaknya kalo gak dapet si ‘dia’, ya dapet lah yang lebih baik dari si ‘dia’ J

Ketiga adalaaaahhh HAKIKAT BERHARAP. Ayo siapa yang suka berharap? (sayaa... berharap ini, berharap itu, dll) berharap sih boleh-boleh aja, tapi jangan berharap sama sesama manusia deh, bikin galau aja. Mending berharapnya sama Allah, PHA (Pemberi Harapan Asli) bukan sesama manusia yang PHP (udah pada tau lah ya kepanjangannya apa). Kalo gak mau galau ya jangan kebanyakan berharap sama si ‘dia’. Berharap dia suka sama kita dan bikin kita sesempurna mungkin dihadapan dia. Dikit-dikit mantengin sosmed-nya berharap si ‘dia’ nulis status tentang kita, dikit-dikit liat hape, berharap si ’dia’ ngirim sms ke kita. Gak enak kan berharap sama manusia, soalnya dikit-dikit sih. Mending langsung deh tuh naro harapan yang banyak sama Allah, soalnya janji Dia gak pernah meleset. Nah biar kita gak galau mulu, mending jangan kebanyakan ngarep sama si ‘dia’, soalnya bisa bikin nyesek kalo tau ternyata apa yang kita harapakan ke ‘dia’ gak sesuai. Misal nih ya, si ‘dia’ nulis status tentang seseorang yang kita sendiri gak tau buat siapa, eh trus kita ngarep kalo tuh status ditulis buat kita istilahnya kege-eran gitu. Eh tau-taunya (pas di akhir cerita), ternyata tuh status ditulis bukan buat kita. Aduh aduh aduh galau lagi, disuruh makan sama si mama, bilangnya: nanti aja ah ma, udah kenyang. Nanti aja ah ma, belum laper! (mending siniin aja ma makanannya buat aku. Hehehe) jadi jangan banyak ngarep ke manusia atau si ‘dia’ ya J

Yang keempat nih HAKIKAT MEMILIKI. Naahh, kadang kita untuk hal yang ini suka lupa nih, apalagi kalo yang lagi punya pacar. Bawaannya kalo si ‘dia’ lagi sama yang lain pengennya cemburu mulu, marah-marah mulu, terus minta putus eh nyesel, minta balikan lagi, eh gak dikabulin permintaan balikannya. Akhirnya galaaauu akut hehehe. Itu belum jadi suami atau istri aja bawaannya marah-marah mulu, cemburu mulu terus minta putus, gimana kalo udah jadi suami atau istri? (bayangin sendiri deh tuh). Mending hakikat memiliki dibuang jauh-jauh deh kalo belum halal. Kalo emang pengen milikin si ‘dia’, ya minta deh tuh sama yang bener-bener milikin dia—Sang Pemilik. Kalo belom siap milikin si ‘dia’, ya jangan ngaku-ngaku itu punyamu, ya tho?

Terakhir nih temen-temen, WISDOM ‘PERGI’. Ya kalo ini mah kesimpulan dari semua tips. Jadi kalo emang bener-bener pengen move on, coba deh terapin semuanya, juga jangan pantesin diri kalo mau dapet yang baik-baik dan tambahin kesibukan yang positif supaya bisa ‘pergi’ secara bijaksana dari kegalauan. Hehehe. Semoga bermanfaat ya temen-temen (yang mau kritik, saran atau nambahin monggo dipersilahken) terima kasih J

Wassalamu’alaikum J

Senin, 01 Juli 2013

Awal Juli 2013 yang Luar Biasa

Sedikit ingin berbagi cerita mengenai awal juli yang saya alami kemarin. Bertepatan dengan hari mulai diberlakukannya tarif progresif KRL Commuter Line, semua pengguna jasa kereta api memenuhi area stasiun-stasiun besar maupun kecil. Selain itu diawali dengan hari pertama masuknya orang-orang beraktivitas di minggu ini—hari Senin!
            Pada tanggal HUT bhayangkara yang ke-67 itu, saya dan salah satu rekan bisnis saya—Nila, ingin berkunjung ke Tanah Abang untuk melakukan survey harga bahan. Saya dan kawan saya melupakan salah satu hal yang menunjang tingkat kepenuhan konsumen di Tanah Abang pada hari itu yakni Liburan Anak Sekolah. Saking penuhnya, saya dan kawan saya itu benar-benar harus mengantri untuk mendapatkan peluang melangkahkan kaki menuju tempat yang menjadi sasaran kami.
            Saya sempat berpikir, orang-orang pada hari itu melupakan arti kemanusiaan. Pertama—saya menuju Tanah Abang dari stasiun Duren Kalibata menggunakan jasa KRL Commuter Line, karena tarifnya progresif dan kereta mengalami gangguan, jadilah kereta ber-AC tersebut sangat sesak dipenuhi oleh berbagai nafas, padahal saat itu siang hari dan yang saya tahu jika kereta menuju daerah Jakarta atau Tanah Abang itu tidak terlalu penuh, tetapi hari itu adalah hari yang luar biasa.
            Selain itu, sesampainya saya di stasiun Tanah Abang, masya Allaaah! Stasiun yang memilih banyak jalur tersebut sangat dipenuhi—sangat sangat penuh dengan antrian manusia yang ingin menggunakan jasa KRL. Sampai-sampai, para petugas KA di Stasiun Tanah Abang dikerahkan untuk menahan antrian yang sudah terlalu sesak itu. Semua orang tidak memikirkan satu sama lain pada hari itu, saling berdorong-dorongan, anak kecil menangis, para petugas berteriak-teriak. Bisa dibayangkan pada hari itu saya yang sendirian menuju Tanah Abang pusingnya luar biasa!
            Akhirnya sayapun segera menuju pintu keluar stasiun Tanah Abang dan keluar dari sesaknya pembeli tiket KRL. Yang saya tangkap pada hari itu, penyebab penuhnya antrian adalah proses dari pembelian dan pengembalian e-ticketing yang saat ini diterapkan oleh PT KAI. Berita terakhir yang saya baca mengenai perlakuan e-ticketing di hari pertama diberlakukannya tarif progresif untuk KRL Commuter Line itu adalah PT KAI mengalami kerugian sebesar Rp. 800 juta karena kehilangan 200 ribu e-ticketing! Luar biasa!
            Disamping itu, sepulangnya saya dari Tanah Abang, saya memutuskan untuk pulang menggunakan kereta kembali karena saya akan menuju Tanjung Barat menuju rumah kakak saya. Lagi-lagi saya saat itu berada dalam kerumunan sesaknya para pembeli tiket kerera api daaann kereta mengalami keterlambatan. Jadilah isi kereta penuh. Sebelumnya, karena stasiun Tanah Abang tepatnya di Jalur tiga yang akan membawa penumpang menuju ke stasiun akhir—Bogor, saat kereta datang, kami saling berdesak-desakkan masuk. Orang-orang saling dorong mendorong, ada yang berteriak-teriak dan yang lebih parahnya adalah sepatu saya hampir terjatuh (hehe karena sepatunya baru beli—kan sayang J)
            Kedua—hari Senin! Jalanan luar biasa macetnya (1 juli 2013=hari Senin), setiap orang saling salip menyalip untuk mendapatkan kesempatan melajukan kendaraannya—yang saya pikirkan pada saat itu adalah, bagaimana keadaan Jakarta tiga tahun kemudian atau beberapa tahun yang akan datang. Pastilah volume kendaraan akan semakin bertambah diiringi dengan target penjualan salah satu brand kendaraan bermotor yakni mereka menargetkan penjualan perhari yaitu 1000 motor! Bayangkan! Bulu kuduk saya merinding membayangkan hal itu terjadi. Benar-benar luar biasa!
            Ketiga—bukan hanya jalanan yang macet dan stasiun-stasiun penuh sesak, tetapi pusat perbelanjaan Tanah Abangpun tidak kalah sesaknya. Itu karena saya melupakan satu hal yang telah saya sebutkan diatas—Liburan Anak Sekolah. Ya sepertinya tidak perlu saya jelaskan bagaimana sesaknya pusat grosiran tersebut J

            Ya itulah, awal juli 2013 yang luar biasa! J

Senin, 17 Juni 2013

Selamat Dari Maut (lagi)

Hari itu hari Jumat, tepatnya sepulangnya saya dari latihan kempo (salah satu ukm bela diri yang ada di kampus saya). Saat itu tepat pukul tujuh malam dan saya pulang dari kampus menggunakan jasa kereta api ekonomi. Sesampainya di stasiun duren kalibata, saya menanyakan kepada si penjaga loket kapan kereta ekonomi menuju Jakarta tiba? Tetapi kata si penjaga loket, kereta api ekonomi menuju Jakarta adanya jam Sembilan malam, dan yang tersedia saat itu adalah kereta api ekonomi hanya sampai stasiun manggarai.
Sayapun membeli tiket kereta api ekonomi tersebut dan berniat transit ke jalur lain yang terdapat kereta api ekonomi menuju Jakarta. Setelah sesampainya saya di stasiun manggarai, hampir-hampir saya terjatuh saat ingin keluar dari kereta karena banyaknya penumpang yang ingi menaiki kereta api ekonomi tersebut yang akan berangkat menuju ke bogor.
Lalu setelah ada luang untuk keluar dari kereta apipun, saya segera mencari jalur lain. Karena saat sulit bagi saya untuk melompat dari jalur satu ke jalur yang lain (sebab saya mengenakan rok batik jogja yang tidak lebar dan berbentuk sepan), maka sayapun berjalan di selusur rel kereta api untuk menuju jalur satu (jalur yang menyediakan kereta api ekonomi menuju Jakarta Kota).
Tiba-tiba ada suara yang sepertinya memanggil saya, dia berkata Mba. Panggilan tersebut tidak terlalu saya hiraukan karena saya kira suara wanita tersebut tidak memanggil saya. mba mba…” lalu sayapun menengok ke arah sumber suara. Mba awas mba, ada kereta commuter dari bekasi mau lewat. Ternyata panggilan wanita itu tertuju kepada saya.
Sayapun segera menegok ke kanan dan ke kiri tempat saya berpijak dijalur empat tepatnya. Lalu benar saja ternyata ada cahaya yang sedikit menyilaukan mata, lalu dengan segera saya meletakkan tas dan barang bawaah saya terlebih dahulu di peron.
pak, tolongin tuh pak, angkatin dia cepet! sumber suara dari seseorang yang berteriak didalam kereta api dijalur lima terdengar jelas ditelinga saya karena melihat saya sulit untuk melompat akibat keterbatasan lebar rok, sayapun diangkat oleh seorang lelaki lalu tak lama setelah itu kereta apipun lewat. Saya rasanya ingin menangis pada saat itu.
Pikiran saya pada saat itu memang sedang kacau balau, entah apa yang membuat saya tidak fokus pada malam itu. Lalu setelah mengucapkan terima kasih kepada sang bapak-bapak yang telah menolong saya, saya duduk sejenak di bangku peron untuk menangis sebentar (tetapi tangisan dalam diam sehingga hanya air mata yang keluar dari kelopak mata tanpa bersuara). Lalu saya beristighfar berkali-kali dan mengucap syukur. Sedikit bermuhasabah, dosa apa yang telah saya lakukan pada hari itu.
Setelah sedikit tenang, sayapun melanjutkan perjalanan saya menuju jalur satu untuk mendapatkan kereta ekonomi yang dapat membawa saya menuju ke stasiun cikini. Saat saya ingin menyebrangi rel kereta api, karena tidak melihat ke kanan dan ke kiri terlebih dahulu, tiba-tiba ada suara lelaki yang berteriak, mba.. awas mba ada kereta mau jalan tuh! lalu kaki sayapun terhenti, dan menatap lelaki itu dengan tatapan kosong lalu mengangguk tanda mengerti.
Setelah kereta api tersebut lewat, barulah saya menyebrangi rel tersebut untuk menuju jalur satu. Dan sesampainya kereta api ekonomi dari bekasi menuju Jakarta kota tersebut, sayapun segera naik dan duduk sejenak masih dengan rasa deg-deg-an menghiasi perasaan saya. Saya merasa saat itu dosa saya sangat banyak sekali. Didalam perjalanan menuju stasiun cikini saya tak henti-hentinya beristighfar dan terkadang keluar air bening dari kelopak mata saya dan segera saya hapuskan agar tidak dilihat oleh orang lain. Alhamdulillah Allah masih memberikan saya kesempatan hidup, menikmati islam dengan ikhlas.
Teruntuk teman-teman yang membaca postingan saya mengenai selamat dari maut, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila banyak salah baik disengaja maupun yang tidak disengaja. Mohon maaf lahir batin. Semoga teman-teman sekalian berkenan memaafkan saya yang penuh dengan kesalahan.

Selamat Dari Maut

Sepulangnya saya dari Palembang pada tempo hari, saya tiba-tiba mengingat peristiwa kecil yang pernah saya alami pra keberangkatan saya ke Palembang—saya mengingat perkataan adik saya yang bukan main mengkhawatirkan. Saat itu, selama perjalanan dari hotel menuju bandara sultan Mahmud baddaruddin II—selama itu pula saya memikirkan perkataan adik saya.
Sesampainya di bandara Palembang, saya bersama rekan saya yang lainnya menunggu keberangkatan pesawat menuju Jakarta dengan mengambil beberapa gambar sebagai kenang-kenangan pernah menuju Palembang terutama bandara yang ada di Palembang. Sayapun sangat menikmati moment tersebut tanpa memikirkan perkataan adik saya.
Saat pesawat sriwijaya Air siap untuk diberangkatkan menuju ke Jakarta, saya dan rekan-rekanpun menyudahi proses pengambilan foto di bandara. Saat berada di dalam pesawatpun kami dihimbau untuk tidak menaktifkan segala bentuk komunikasi apapun agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Detik-detik sebelum pesawat depart, tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa ada salah satu penumpang yang tidak patuh terhadap peruaturan, beliau masih mengaktifkan handphone-nya. Langsung saja petugas pesawat memberikan pengumuman untuk terakhir kalinya agar menonaktifkan segala bentuk komunikasi.
Pesawatpun mulai berangkat dan awalnya saya merasa nyaman, walau sedikit risih dengan suara bising yang ditimbulkan dari pesawat. Sempat terpikirkan oleh saya bahwa pesawat yang sat ini tengah saya tumpangi adalah sudah tua, karena kabin-kabinnya mulai menghitam dan suara bising yang ditimbulkan menambah presepsi saya bahwa pesawat tersebut sudah tua, karena saat saya melakukan perjalanan pergi menuju ke Palembang dengan menggunakan pesawat Lion Air, saya tidak mendengar suara bising yang timbul dari pesawat dan perjalanannya saya cukup nyaman pada saat berangkat menuju Palembang.
Setelah empat puluh lima menit berada di dalam perjalanan menuju Jakarta, tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa keadaan cuaca sedang buruk dan bagi para penumpang dilarang menggunakan toilet dan diperintahkan untuk mengenakan sabuk pengaman. Saat itu saya mulai sedikit panik dan menengok ke arah rekan saya meminta sedikit motivasi agar tidak takut karena pesawat sudah mulai miring ke kanan dan ke kiri lalu pesawat terbang dengan tidak sangat baik—ibarat mobil yang sedang melaju di jalan yang sangat rusak parah dan banyak bebatuan besar di jalan tersebut. Ya seperti itulah.
Tepat pukul 11.15 pesawat mulai guncang dan saya hanya bisa bershalawat didalam pesawat tidak henti-hentinya. Air mata mulai menggenang, teringat akan semua dosa-dosa, teringat perkataan adik saya saat saya belum berangkat menuju Palembang. Teringat akan semua kesalahan saya yang mungkin belum termaafkan dihati teman-teman sekalian. Saya mulai berpikir “akankah saya selamat sampai Jakarta?” saat itu teringat ibu saya yang memang sedikit ragu melepaskan saya pra saya menuju Palembang untuk lomba akuntansi tersebut.
Saat itu pengalaman yang kedua kalinya saya naik pesawat (pertama kalinya saat keberangkatan menuju Palembang) dan saya terus bershalawat meminta kepada yang Kuasa agar tidak terjadi hal buruk terhadap diri saya dan penumpang yang lain. Pesawat terus berguncang tak henti-hentinya selama kurang lebih lima belas menit. Seluruh Penumpang Sriwijaya Air pun melantunkan kalimat-kalimat Allah dan ada yang teriak lalu ada yang terloncat dari seat-nya karena guncangan yang begitu hebat. Hal itu membuat saya semakin takut.
Saat itu rasanya seperti mimpi, tetapi itu nyata. Saat guncangan mulai sedikit mengurang, pesawat mulai terbang dengan sedikit tenang tetapi saya tidak berhenti untuk berhalawat karena  terkadang pesawat berguncang kembali tetapi tidak separah sebelumnya. Ingin menangis dan segera menelpon Ibu rasanya pada saat itu tetapi mengingat bahwa didalam pesawat tidak boleh mengaktifkan segala bentuk komunikasi maka sayapun hanya terdiam didalam ketakutan yang luar biasa.
Saya tak henti-hentinya mengucapkan kalimat Allah walau pesawat mulai terbang dengan baik. Semua penumpang muali merasa tenang tetapi tidak dengan saya. Wajah saya yang tadinya memucatpun mulai sedikit tenang karena rekan saya memberikan senyuman ikhlas seperti mengisyaratkan semua akan baik-baik saja.

Detik-detik menuju landing, sayapun mengucap syukur karena masih diberi umur untuk menikmati kehidupan yang tak terhingga keberkahannya. Tetapi saat pesawat mulai landing, ternyata landing yang sangat buruk karena lagi-lagi ada penumpang yang terloncat dari seat-nya. Saya juga sedikit berteriak mengucap istighfar, landing yang menakutkan! Pikir saya pada saat itu. Tetapi Alhamdulillah saya selamat sampai tujuan. Mungkin ALLAH menegur saya untuk lebih banyak bersyukur dalam setiap saat dan sayapun selamat dari (yang saya bilang) maut.  Alhamdulillah!