Mengenai Saya

Foto saya
Ketika sebuah kalimat yang keluar dari mulut tak bisa didengarkan oleh orang lain. Maka Menulislah, disitu Anda akan dikenang sepanjang usia Anda, karena mungkin kata-kata yang keluar dari mulut tak bisa mengubah seseorang, tetapi tulisan yang dibaca berulang bisa menjadi pengaruh untuk seseorang. Maka Menulislah!

Rabu, 11 April 2012

Iman Tak Dapat Diwarisi


Nadia Putri adalah seorang anak yang tinggal bersama ibunya, dan bapaknya telah lama meningalkan Nadia sejak Nadia masih berumur 4 tahun. Nadia merupakan anak semata wayang dari keluarga sederhana itu. Ibunya merupakan seorang buruh pabrik di bidang menjahit yang bekerja semata-mata untuk membiayai hidup mereka berdua, tak ayal karena kesibukan ibunya yang selalu pulang malam membuat ketidakharmonisan keluarga Nadia karena jarangnya berkumpul. Suatu hari Nadia pernah menanyakan dimana keberadaan bapaknya sekarang, karena Nadia ingin sekali berjumpa dengan bapaknya.
            “bu, bapak sekarang tinggal dimana sih? Kira-kira dia masih ingat gak ya sama kita?” tanya Nadia saat dia masih duduk dibangku SMA kelas 2.
            “sudahlah, kamu jarang mikirin bapakmu itu. Yang jelas dia sudah bahagia dengan keluarganya yang baru. Mending kamu urusin sekolah kamu biar bisa lulus cepet trus bantu ibu buat cari uang.” Kilah ibunya yang saat itu sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja.
            “yaudah aku berangkat dulu ya bu.. assalamualaikum”
            Sejak hari itu, rasa penasaran Nadia akan bapaknya itu pun bertambah setingkat. Dia mulai mencari tahu mengenai bapaknya itu dengan mencari berkas-berkas yang mungkin bisa membantu dia untuk mencari tahu keadaan bapaknya sekarang. Karena sejak ditinggal oleh bapaknya, ibunya sudah tidak pernah membahas sedikitpun tentang bapaknya Nadia.
            ***
            Hari ini Nadia sedang libur sekolah dan ibunya masih sibuk dengan pekerjaannya menjadi buruh pabrik. Pencarian Nadia mengenai berkas tentang bapaknyapun dimulai. Dia mencari tas yang berisi surat-surat penting yang berada di kamar ibunya. Bukan bermaksud lancang, tetapi karena dia ingin sekali membuat hubungan antara bapak dan ibunya kembali terjalin dan tidak memutuskan tali silaturahim. Saat pencarian itu sedang berlangsung, tiba-tiba dia mendengar suara pintu terbuka dan langsung saja Nadia mengumpat di belakang lemari.
            “adduuuuhh mana sih dompet ibu.. nadiaaaa nadiaaaa.. kemari cepat!” teriakan ibu membuat jantung Nadia berdegup sangat kencang.
            “nadiaaaaaaaaaa...... kamu tuh dimana sih?! Dipanggil sama ibu nyaut dong!” belum ada sautan juga dari putri semata wayangnya itu. Saat ibunya hendak memasuki kamar, tiba-tiba dia melihat pintu kamarnya terbuka lebar. Perasaan hatinya mengatakan bahwa saat dia pergi untuk bekerja, pintu kamarnya sudah tertutup rapat.
            “lho lho lho? Kok pintu kamar ibu kebuka sih?! Nadiaaaa..........” akhirnya Nadiapun keluar dari tempat persembunyiannya dan raut wajah ibunyapun langsung bertambah sengit memandang ke arah Nadia, dan itu membuat ibunya semakin bertambah marah.
            “maafin Nadia bu..” Nadia hanya tertunduk selama ocehan ibunya masih terhias dibibir serta wajahnya yang mulai menampakkan kerutan itu. Tak kuasa menahan sesak didada akhirnya Nadia pun menangis, karena melihat Nadia menangis ocehan ibunyapun terhenti, lalu menanyakan apa maksudnya Nadia membongkar isi surat-surat penting itu.
            “Na.. na.. nadia hanya ingin tahu bapak itu kayak gimana sekarang.. mm dia berada dimana se.. se.. sekarang bu. Dan kenapa ibu sangat membenci bapak, aku berniat untuk menjalin tali silaturahim ibu dengan ba.. pak lagi.. maafin Nadia bu” Nadia pun bersujud di kaki ibunya karena telah membuat ibunya marah. Ketika itu dia teringat akan pesan kakak mentoringnya di rohis SMAnya yang mengatakan bahwa ada sebuah hadist yang berpesan bahwa: murkanya orang tua adalah murkanya Allah...
            Saat sedang bersujud, tiba-tiba ibu merengkuh badan Nadia dan memeluk anaknya itu dengan rasa bersalah karena selama ini terlalu keras mendidik Nadia.
            ***
            Hari itu Nadia pulang dari acara pengajian dari sekolah sekitar jam setengah 9 malam, karena memang Nadia ikut andil dalam penyusunan acara pengajian itu. Dan memang semenjak SMA, Nadia haus akan ilmu keagamaan, sampai-sampai acara yang berakhir di penghujung malampun pernah ia lakoni.
            “kamu ini kok ngaji pulangnya sampe malam begini sih?! Kamu sebenernya ikut pengajian apa sih de!? Jangan-jangan kamu udah dicuci ya otaknya sama yang aliran-aliran itu!” Nadia yang baru pulang dan mengucapkan salam tetapi ditanggapi oleh fitnahan ibunya.
            “ya ampun bu, Nadia gak kayak gitu kok. Nadia emang beneran ikut pengajian bu di sekolah sekalian ada syukuran temen yang baru ngedapetin juara 1 lomba Karya Ilmiah Siswa yang tingkat Nasional itu. Ibu.. maafin Nadia bu..”
            “Ibu udah lama ya mau ngomong ini ke kamu, perubahan kamu yang tiba-tiba dari SMP ke SMA ini tuh buat ibu memikir yang tidak-tidak tentang kamu de, kamu tau gak? Tetangga tuh ada yang pernah ngegunjingin ibu gara-gara pakaianmu..!”
            “maksud ibu? Pakaian yang aku pakai dijadiin bahan gunjingan ibu-ibu disini. Udah ya buu, ibu jangan dengerin mereka. Mereka Cuma sirik sama ibu dan Nadia.. kalo emang ibu keberatan Nadia kayak gini, nadia minta maaf ya bu..”
            “kamu tuh udah berani ya jawab-jawab perkataan ibu.. ikut pengajian kok malah jadi kurang ajar gini sih de!? Trus juga sejak SMA kamu tuh pake jilbab segede itu. Kamu tuh gak takut dianggap teroris apa!? Jangan sampai ya kamu kena aliran-aliran sesat kaya gitu.. tadi ibu liat di tivi ada anak seumuran kamu kena cuci otak......” ocehan ibu mulai sedikit tak terdengar oleh Nadia, dan tiba-tiba.. bruukk. Nadia jatuh pingsan.
            Setelah siuman dari pingsan, Nadiapun kembali meminta maaf kepada ibunya atas perilakunya. Tapi Nadi benar-benar tidak mengikuti aliran-aliran yang seperti ibunya bilang. Tapi saat Nadia berusaha menjelaskan, ibunya hanya diam. Semoga diamnya ibu pertanda setuju denganku.. pikirnya.
            ***
            “maafin ibu nak.. gak seharusnya ibu melibatkan kamu kedalam masa lalu ibu..” akhirnya ibu pun menceritakan masa lalunya tentang bapaknya Nadia.
            Ternyata saat Nadia masih kecil, bapaknya Nadia pernah menjadi buronan polisi dan itu membuat ibu pusing sekali, pikiran ibu mengatakan bahwa Allah itu tidak adil, setiap kali dia bersujud meminta petunjuk, yang didatangkan malah musibah bertubi-tubi. Pada suatu hari, bapaknya pun dibawa oleh polisi karena pernah tertangkap basah sedang mengonsumsi obat-obatan terlarang. Pikiran ibu bertambah kacau, dia berusaha mengeluarkan suaminya dan harus memiliki uang ditangan sebesar 15 juta, dan saat itu keadaan ekonominya memang sedang sulit sekali. Akhirnya ibunya Nadia berusaha mencari pinjaman kemana-mana dan mengumpulkan uang sebanyak yang dibutuhkan untuk mengeluarkan suaminya itu.
            Setelah bebas dari penjara, masalah tak berhenti sampai situ, dalam proses pelunasan hutang yang menumpuk, suaminya meninggalkan dirinya karena terbuai oleh wanita lain. Karena tak kuasa akhirnya ibunyapun memutuskan untuk bercerai.
            Sejak saat itu, ibunya Nadia tidak percaya bahwa pertolongan Allah itu ada, maka dari itu dia sering melarang Nadia untuk mengikuti kegiatan keagamaan yang betujuan mendekatkan diri kepada Allah.
            “ibuu, maafin Nadia ya bu sekali lagi. Oia bu.. ibu tau gak? Bahwa Allah itu menerangkan kepada hamba-Nya mengenai takaran cobaan yang diterima hamba-Nya. Allah tuh tau kalo ibu tuh bisa ngelewatin ini, makanya dia ngasih ibu cobaan kayak gini. Coba deh ibu baca qur’an surat Al-Baqarah ayat 286 yang isinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.... gitu bu. Gimana menurut ibu?” ibunya haya terdiam dan menangisi perbuatannya selama ini yang telah jauh dari-Nya.
            ***
            “bu.. Nadia berangkat dulu ya, ada pengajian tuh bu dari karang taruna dan Nadia jadi panitianya.” Ucap Nadia seraya mengambil sepotong gorengan yang tersedia di meja makannya.
            “de, sini deh..” ucap ibu yang saat itu tengah asyik membereskan rumah.
            “apa bu?” tanya Nadia penasaran.
            “kira-kira Allah ngebolehin ibu gak ya buat dateng ke pengajian itu?”
            “ya tentu boleh dong bu.. emangnya Allah itu pelit apa kayak manusia hehe. Oh iya emangnya ibu gak masuk kerja, bukannya sekarang jadwalnya ibu masuk ya?”
            “ibu udah ngundurin diri dari pekerjaan buruh itu de, abisnya waktu ibu banyak tersita. Udah gitu gajinya gak seberapa” ibupun tersenyum menjelaskan alasan mengapa ia memilih berhenti dari pekerjaannya menjadi buruh pabrik.
            “mmm trus? Ibu mau jadi ibu rumah tangga seutuhnya niiihh ceritanya?” Nadia menggoda ibunya seraya merangkul pinggang ibunya.
            “ya gak dong.. nanti ibu cari pekerjaan baru. Kalo kaya gitu nanti anak ibu mau dikasih makan apa?”
            Mereka berduapun tertawa melepas kesedihan yang selama ini menggelayuti hatinya.

Nama               : Santika Febriany
Facebook         : Santika Febriany
Blog                : santikafebriany01.blogspot.com
Amanah           : kemarin doa, sekarang ikhtiar, besok jadi kenyataan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar