Mengenai Saya

Foto saya
Ketika sebuah kalimat yang keluar dari mulut tak bisa didengarkan oleh orang lain. Maka Menulislah, disitu Anda akan dikenang sepanjang usia Anda, karena mungkin kata-kata yang keluar dari mulut tak bisa mengubah seseorang, tetapi tulisan yang dibaca berulang bisa menjadi pengaruh untuk seseorang. Maka Menulislah!

Minggu, 29 April 2012

Aku, bukanlah adikku :)


Perkenalkan, aku adalah anak pertama dari keluarga wijaya. Namaku Afifah Chairurani, dan aku memiliki 2 adik perempuan, adikku yang pertama bernama Adira khofifah dan adikku yang terakhir bernama Azizah nur Amalia. Aku kini telah berumur 23 tahun dan hendak menyelesaikan studi s1 ku, kini aku sedang mengalami tahap penyusunan skripsi dan tiga bulan lagi akan diadakan sidang. Ayah dan bundaku bersama murrobiku ternyata sudah memiliki rencana untuk menjodohkanku dengan salah satu ikhwan yang telah siap menikah.
            Suatu hari, saudara laki-lakiku, ka Ikrom ingin melangsungkan pernikahannya dan ayahku berencana akan mengundang lelaki tersebut untuk datang ke pesta pernikahan saudaraku sekaligus untuk memperkenalkan diriku dengan dirinya. Aku sih tidak masalah dengan perjodohan ini, toh kalau memang sudah jalannya aku menikah setelah lulus ya itu namanya rejeki kan.. hehe
            ***              
            “afifah.. kemari nak..” suara ayahku berasal dari mulut pintu memanggilku sepertinya hendak memberitahukan sesuatu. Setelah aku menghampirinya ternyata dia memberitahu mengenai perihal perjodohan yang memang sudah kuketahui dari bunda.
            “iya yah aku udah tahu kok heheh dari bunda, kemarin bunda menceritakan itu ke aku, ayah juga mau mengundang dia ke acara pernikahan ka ikrom kan?”tanya ku meminta konfirmasi terhadap ayah. Ayahpun tersenyum mendengar pertanyaan retorikku itu.
            Setelah diberitahu mengenai info itu, akupun kembali beranjak kedalam kamar untuk melanjutkan revisi skripsiku. Sebenarnya hari ini ka ikrom menyuruhku untuk datang ke rumahnya agar bisa dimintai bantuan untuk pernikahannya minggu depan, tapi aku ingin merevisi skripsiku dulu sebelum disibukkan dengan membantu dia. Mungkin besok atau lusa aku akan segera pergi ke kediaman ka ikrom di bandung dan bermalam untuk beberapa hari sampai acara berbahagia itu tiba.
            ***
            Pernikahan ka ikrompun berjalan dengan sangat meriah, ruangan tak larut sepi, karena selalu dipenuhi dengan tamu yang datang silih berganti, setelah ijab qabul itu diucapkan, kini dua insan yang saling mencintai itupun telah terikat dengan sah baik dalam hukum maupun dalam agama. Aku tersenyum lepas melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah sepupuku itu.
            “nah.. nak Rahman, itu dia anak-anak bapak yang sedang berada disamping kedua mempelai itu lho..” ayahku menjelaskan kepada lelaki yang ingin dijodohkan olehku sambil menunjuk ke arahku, adira dan azizah. Dan rahman tampak mengangguk-angguk tanda mengerti akan penjelasan yang diberikan ayahku kepadanya.
            Tiba-tiba kulihat rahman menghampiri kami bertiga, tepatnya ke arah adikku berada, adira.
            “assalamu’alaikum ukhti..” sapa rahman kepada adikku.
            “wa’alaikumsalam..” jawab adira kepadanya, dan merekapun berbincang-bincang sebentar tetapi disertai dengan tatapan sedikit jutek oleh adikku. Maklum, walaupun dia telah mengenakan jilbab sejak satu tahun yang lalu, tetapi sefat kejutekkannya tak pernah hilang. Lalu kulihat adirapun pergi disertai dengan senyuman maksa dari waut wajahnya.
            “assalamu’alaikum.. halo, kamu adikknya afifah ya? Tadi aku dikasih tahu oleh ayahmu.. by the way kamu udah tahu belum mengenai perjodohanku dengan kakakmu itu.” Dia menunjuk kearah adikku yang telah pergi jauh meninggalkan kami.
            “wa’alaikumsalm.. hah.. nggg.. iya u..u..udah tau kok kak, kenapa emang..nya?” jawabku gagap karena bingung dengan yang diucapkan oleh rahman. Bingung yang menyergapku adalah pertanyaan rahman ‘by the way kamu udah tahu belum mengenai perjodohanku dengan kakakmu itu’ Apa mungkinnnn???? Yaaa..... betul. Aku rasa dia telah salah orang. Tiba-tiba akupun tersenyum karena memiliki ide kreatif.
            “ohh iya iya.. kamu kenapa senyum-senyum begitu?” tanya rahman kepadaku.
            “ngg.. nggg gak kok kak, Cuma pengen senyum aja, hehe” lalu kamipun berbincang lumayan lama karena memang rahman ternyata orangnya asik diajak berbicara, tetapi aku tidak hanya berduaan aja lho, aku mengobrol bersamanya dengan adikku, azizah.
            ***
            Acara itupun telah usai, dan akupun telah kembali pulang ke rumah. Sesampainya di kamar aku mulai berpikir. Kenapa rahman menyangka afifah adalah adikku? Lalu akupun langsung tertawa, mungkin karena afifah memiliki ukuran badan yang lebih tinggi daripada diriku. Lalu akupun segera beranjak untuk sholat isya dan berdoa agar diberikan yang terbaik oleh-Nya.
            Setelah selesai menunaikan sholat isya, tiba-tiba ponselku berdering menunjukkan ada pesan singkat yang telah masuk ke ponselku. Setelah kubaca ternyata dari temanku, fitri yang memberitahu bahwa minggu depan akan diadakan pertemuan di organisasi yang kujalani, FoSSEI (forum silaturahim studi ekonomi islam) se-Jadebek, akupun segera membalas ‘ya’. Lalu beranjak untuk pergi tidur.
            ***
            Hari ini adalah pertemuan organisasiku itu, lalu aku melihat seseorang yang mirip dengan... ya itu memang rahman! Kenapa dia bisa ada disini ya? Pikirku. Lalu dia menghampiriku dan memberikan salam lalu menanyakan perihal keberadaanku di organisasi ini.
            “oh.. kamu ternyata salah satu anggota FoSSEI juga ya.. emang kuliah semester berapa de?” tanya rahman padaku.
            “hah.. nggg.. semester 2 ka.. iya 2, kenapa emang ka?”
            “oh gapapa, oia, kakak kamu katanya juga sibuk di organisasi ini kan? Aku diberitahu oleh ayah dan murrobiku. Tapi kok aku gak ngeliat dia disini ya?” tanya rahman sambil memindai pandangannya ke seluruh penjuru.
            “eh.. nnggg iya ka, kakak lagi sibuk nyusun skripsi. Dia lagi di rumah kok.” Lalu akupun segera pamit untuk meninggalkannya sebelum bertambah banyak kebohonganku. Ternyata rahman juga salah satu anggota aktif disini ya.. mmm kenapa aku bisa gak tau ya. Yasudahlah!
            ***
            Hati ternyata memang tidak bisa berbohong, kenapa rahman condong lebih memilih adira ya? Mungkin karena pertemuan dia yang pertama kali dengan afifa disambut dengan kurang nyaman oleh afifah. Dan rahman juga lebih nyaman mengobrol denga adira, adiknya afifah. Mungkinkah rahman akan menikahi afifah dengan hati yang kurang mantab??
            “bi.. aku hari ini rencana ingin ke rumah afifah dan menjelaskan apa yang telah aku rasakan selama ini?” bincang rahman pada abinya disela waktu liburnya itu.
            “bi.. kenapa ya, aku lebih condong ke adiknya? Bisa gak sih bi kalo aku lebih memilih untuk mengkhitbah adiknya?” tanya rahman lagi pada abinya.
            “oalah ndoo.. kok bisa gitu toh? Yasudah nanti kamu jelaskan saja pada keluarga nak afifah ya..” tiba-tiba suara ummi terdengar dari arah belakang.
            “Mmm iyaa bener tuh kata ummimu.. yaudah, siap-siap yuk buat ke rumahnya afifah. Tapi kamu bener-bener udah siap kan ndok?” tanya abi kepada rahman.
            “insya Allah bi.. aku udah istikhoroh dan tahajjudan setiap malam dan aku udah mantab banget.” Jawab rahman meyakinkan.
            ***
            “gimana fah? Kamu udah siap kan? Inget lho hari ini keluarga nak rahman akan mengkhitbahmu..” lalu akupun sedikit berbincang-bincang dengan bunda sebelum bertemu dengan rahman dan keluarganya. Aku bingung setengah mati, bagaimana harus mengawali dan membuka semua yang telah kututup-tutupi selama ini. Semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
            “afifaaaahhh............ naak, keluarga nak rahman sudah tiba nih. Ayo ndookk turun.” Suara ayah dari ruang tamu terdengar jelas kearah kamarku yang berada dilantai dua. Aku dan bundapun segera turun. Hatiku berdegup sangat cepat seperti ingin keluar dari habitatnya.
            Kulihat rahman tercengang dan mungkin sedikit bingung dan berkecamuk pertanyaan dalam pikirannya yaitu ‘mengapa adira yang turun? Kan afifah yang dipanggil..’
            “ayo nak, pak silahkan duduk..” sebelum memulai khitbahan itu, ada sedikit basa-basi dan itu cukup membuat hatiku mulai tenang. Tetapi saat sudah ke inti pembicaraan, hatikupun mulai berdegup dengan cepat kembali.
            “baiklah, assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh... bismillahirahmanirrahim. Sebelum menjelaskan kedatangan kami sekeluarga, saya, rahman ingin menyampaikan terlebih dahulu mengenai keputusan saya. Oia bu, ngomong-ngomong afifahnya kemana ya? Kenapa adira yang diikutsertakan” tanya rahman kepada bundaku.
            “maksud nak rahman apa ya?” bundapun balik bertanya. Aku benar-benar ingin lari rasanya!
            “iya.. afifahnya mana bu?”
            “lho nak.. ini afifahnya toh..” jawab ibu dengan raut wajah yang tak kalah bingungnya dengan rahman. Akupun langsung angkat bicara.
            “bolehkan saya berbicara bu.. rahman, akulah afifah chairurani. Putri dari bapak wijaya yang hendak dijodohkan olehmu. Dan sebelumnya afwan jiddan atas perlakuanku tempo hari. Sebenarnya aku bingung ingin menjelaskan darimana...” akupun mulai menjelaskan semua perkara dari awal hingga akhir. Sebenarnya aku memag tidak bermaksud seperti itu, Cuma hanya untuk mengetahui apakah rahman mencintaiku apa adanya dan memang karena hati? Aku terus menjelaskan panjang lebar dengan tatapan menunduk.
            Aku sedikit melihat raut wajah kekecewaan dari semua pihak khusunya rahman. Akupun sudah siap untuk menerima keputusan yang akan rahman ambil.
            “afwan ukhti... syukron jiddan atas kejujurannya. Sebenarnya maksud kedatangku juga tadinya ingin membatalkan khitbahanku dengan afifah dan melanjutkannya dengan adira, ternyata pucuk dicita ulampun tiba, kamu adalah afifah yang sebenarnya.”lalu rahmanpun menceritakan yang sedang dirasakan hatinya mengenai khitbahan ini sebelum mengetahu adira dan afifah yang sebenarnya.
            “jadi....???” pertanyaanku menggantung dengan wajah sedikit terangkat karena takut kemerahan diwajahku nampak terlihat olehnya.
            “bismillahh.. dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Aku bersiap membina sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah dengan Afifah Chairurani”
            “alhamdulillaaahhhhhhh..........” semua serentak bersyukur sambil mengusap wajah dengan kedua telapak tangan masing-masing. Kamipun melagsungkan makan siang bersama.

2 komentar: