Mengenai Saya

Foto saya
Ketika sebuah kalimat yang keluar dari mulut tak bisa didengarkan oleh orang lain. Maka Menulislah, disitu Anda akan dikenang sepanjang usia Anda, karena mungkin kata-kata yang keluar dari mulut tak bisa mengubah seseorang, tetapi tulisan yang dibaca berulang bisa menjadi pengaruh untuk seseorang. Maka Menulislah!

Kamis, 22 November 2012

Cobalah Mengerti! (part 2)


“Tioo! Lo ngapain disitu?” terdengar suara memanggil dari arah punggung Tio, ternyata Ina –sahabat perempuan Tio. Tiopun mengarahkan pandangannya ke arah suara yang memanggilnya dan mengurungkan niatnya untuk mengintip apa yang sedang terjadi di sekitar toilet itu, karena memang Tio adalah sosok yang tidak terlalu memusingkan atau memikirkan hal yang bukan menjadi urusannya.
“eh lo Na, gue kira siapa.” Jawab Tio setengah datar karena menutupi kekagetannya akibat ulah Ina yang memanggil dengan nada suara 10 oktaf.
“lo ngapain depan toilet gitu? Kalo mau masuk ya masuk jangan kayak maling gitu, ngendep-ngendep, masa masuk toilet yang emang untuk jenis kelamin lo aja pake setengah hati gitu sih yo? Hahahahaha”
“eehhh, ngomong sembarangan, gue plester mulut lo sini mau hah?” rona merah wajah Tio karena malu dipergoki sangat kentara dan membuat Ina tak henti-hentinya meledeki Tio. Merekapun berkejaran, hingga Ina menabrak Bu Kepsek yang kini berada dihadapannya.
“maa..maa.maaf Bu. Kami gak sengaja” Tio mengambil alih kata maaf karena Ina masih tersungkur akibat menabrak Ibu Kepsek.
“kalian mengapa berada di luar kelas? Bukankah sekarang pelajaran tengah berlangsung?” tanya Bu Kepsek dengan khas wibawanya. Beliau tak nampak sedikitpun marah akibat ulah siswanya itu.
“eh..ngg iya Bu. Ini saya mau ke kelas. Maafkan saya ya Bu” jawab Ina sambil yang berusaha berdiri sambil menundukkan kepala dan membersihkan rok-nya, lalu Inapun berlari meninggalkan Bu Kepsek dan Tio.
“kamu? Tidak mau masuk kelas juga?” tanya Bu Kepsek heran.
“ngg..anu bu......sa.saya dikeluarkan dari kelas bu..” jawab Tio sambil menundukkan kepalanya seakan ada hal yang menarik perhatian dibawah kakinya itu.
“baik, kamu ikut ibu ke kantor sekarang..”
***
Bel pun berdering sebanyak tiga kali yang menandakan waktu sekolah hari itu telah berakhir. Sore itu anak-anak yang masih memiliki kegiatan di sekolah, tidak berangsur kembali ke rumah mereka, ada yang sekedar mampir ke basecamp ekskulnya masing-masing, ada yang menunggu kekasih di parkiran untuk sekedar pulang bersama, dan masih banyak lagi. Lain hal dengan Jefri yang nampak bingung karena belum menemukan batang hidung sahabatnya yang berbeda kelas itu –Tio. Saat sedang mencari-cari Tio, dia berpapasan dengan Ina yang sedang berjalan dengan teman-temannya.
“Na.. lo liat Tio gak?”
“Tio? Kagak tuh, kan gue gak sekelas Jep! Emang kenapa?”
“Jap Jep Jap Jep.. halllooooo? Nama gue tuh JEFRII. J-E-F-R-I, okey? Bukan JEPRI! Fine?” jawab Jefri yang seringkali menasihati Ina karena tak kunjung memanggilnya Jefri, melainkan Jepri.
“ahh, masa bodo amat lah. Emang gue pikirin, weee” sambil menjulurkan lidahnya, Ina tertawa terbaha-bahak.
“ehhh curut.. seriusan ah gue. Masa lo gak liat sih? Temenin gue nyari nyok? Soalnya ada yang bener-bener gawat banget nih” tanpa menunggu persetujuan dari Ina, Jefripun segera menarik tangan Ina untuk mengikuti langkah kaki Jefri.
“eh Jep, pelan-pelan napa. Gile kali lu yak! Kasar amat jadi cowo, pantes Indah gak pernah ngubris ‘tembakan’ lo. Ckck” Ina nampak menggeleng-gelengkan kepala karena melihat ulah sahabatnya itu.
“ah elaaahh bawel banget lu..”
Merekapun berjalan menuju kelasnya Tio yang berada di lantai paling atas di sekolahnya itu. Sesampainya di kelas, hanya ada lima orang siswa yang tengah melaksanakan piket kelas harian.
“permisi.. Tionya ada gak ya?” tanya Ina sopan kepada salah seorang yang sedang membersihkan kaca jendela kelas.
“ehh iya, Tio? Tau tuh, tadi sih pas mau ulangan matematika dia dikeluarin dari kelas gara-gara gak konsen gitu sama pelajaran. Tapi masih ada tasnya tuh..” mata seorang wanita itu menunjukkan keberadaan tas Tio.
“oohh okeh, thanks ya..” jawab Jefri sambil menarik tangan Ina lagi dan segera mengambil tas Tio.
“iiiiihhhhhhhhhhh.... lo apa-apaan sih Jep! Dari tadi tangan gue di tengteng kayak gini, digiring kesana kemari. Emangnya gue sampah apa?! Sakit tau!” jawab Ina dengan kesal sambil menarik kasar tangannya itu.
“hehehe maaf yaaa neng...... lu gak tau sih apa yang sedang terjadi” jawab Jefri belaga sok dewasa.
“aallaaaah gaya banget lu, emang ada apaan sih Jep? Kok kayak panik gitu mukanya?”
“emang gue lagi paniiikk oneeeenggg!! Grrr” jawab Jefri sebal melihat ulah Ina yang polos bak buku catatan kosong.
“trus mata lo kenapa tuh? Kok biru gitu Jep?”
To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar