“Tioo!
Lo ngapain disitu?” terdengar suara memanggil dari arah punggung Tio, ternyata
Ina –sahabat perempuan Tio. Tiopun mengarahkan pandangannya ke arah suara yang
memanggilnya dan mengurungkan niatnya untuk mengintip apa yang sedang terjadi
di sekitar toilet itu, karena memang Tio adalah sosok yang tidak terlalu
memusingkan atau memikirkan hal yang bukan menjadi urusannya.
“eh
lo Na, gue kira siapa.” Jawab Tio setengah datar karena menutupi kekagetannya
akibat ulah Ina yang memanggil dengan nada suara 10 oktaf.
“lo
ngapain depan toilet gitu? Kalo mau masuk ya masuk jangan kayak maling gitu,
ngendep-ngendep, masa masuk toilet yang emang untuk jenis kelamin lo aja pake
setengah hati gitu sih yo? Hahahahaha”
“eehhh,
ngomong sembarangan, gue plester mulut lo sini mau hah?” rona merah wajah Tio
karena malu dipergoki sangat kentara dan membuat Ina tak henti-hentinya
meledeki Tio. Merekapun berkejaran, hingga Ina menabrak Bu Kepsek yang kini
berada dihadapannya.
“maa..maa.maaf
Bu. Kami gak sengaja” Tio mengambil alih kata maaf karena Ina masih tersungkur
akibat menabrak Ibu Kepsek.
“kalian
mengapa berada di luar kelas? Bukankah sekarang pelajaran tengah berlangsung?”
tanya Bu Kepsek dengan khas wibawanya. Beliau tak nampak sedikitpun marah
akibat ulah siswanya itu.
“eh..ngg
iya Bu. Ini saya mau ke kelas. Maafkan saya ya Bu” jawab Ina sambil yang
berusaha berdiri sambil menundukkan kepala dan membersihkan rok-nya, lalu
Inapun berlari meninggalkan Bu Kepsek dan Tio.
“kamu?
Tidak mau masuk kelas juga?” tanya Bu Kepsek heran.
“ngg..anu
bu......sa.saya dikeluarkan dari kelas bu..” jawab Tio sambil menundukkan
kepalanya seakan ada hal yang menarik perhatian dibawah kakinya itu.
“baik,
kamu ikut ibu ke kantor sekarang..”
***
Bel
pun berdering sebanyak tiga kali yang menandakan waktu sekolah hari itu telah
berakhir. Sore itu anak-anak yang masih memiliki kegiatan di sekolah, tidak
berangsur kembali ke rumah mereka, ada yang sekedar mampir ke basecamp ekskulnya masing-masing, ada
yang menunggu kekasih di parkiran untuk sekedar pulang bersama, dan masih
banyak lagi. Lain hal dengan Jefri yang nampak bingung karena belum menemukan
batang hidung sahabatnya yang berbeda kelas itu –Tio. Saat sedang mencari-cari
Tio, dia berpapasan dengan Ina yang sedang berjalan dengan teman-temannya.
“Na..
lo liat Tio gak?”
“Tio?
Kagak tuh, kan gue gak sekelas Jep! Emang kenapa?”
“Jap
Jep Jap Jep.. halllooooo? Nama gue tuh JEFRII. J-E-F-R-I, okey? Bukan JEPRI!
Fine?” jawab Jefri yang seringkali menasihati Ina karena tak kunjung
memanggilnya Jefri, melainkan Jepri.
“ahh,
masa bodo amat lah. Emang gue pikirin, weee” sambil menjulurkan lidahnya, Ina
tertawa terbaha-bahak.
“ehhh
curut.. seriusan ah gue. Masa lo gak liat sih? Temenin gue nyari nyok? Soalnya
ada yang bener-bener gawat banget nih” tanpa menunggu persetujuan dari Ina,
Jefripun segera menarik tangan Ina untuk mengikuti langkah kaki Jefri.
“eh
Jep, pelan-pelan napa. Gile kali lu yak! Kasar amat jadi cowo, pantes Indah gak
pernah ngubris ‘tembakan’ lo. Ckck” Ina nampak menggeleng-gelengkan kepala
karena melihat ulah sahabatnya itu.
“ah
elaaahh bawel banget lu..”
Merekapun
berjalan menuju kelasnya Tio yang berada di lantai paling atas di sekolahnya
itu. Sesampainya di kelas, hanya ada lima orang siswa yang tengah melaksanakan
piket kelas harian.
“permisi..
Tionya ada gak ya?” tanya Ina sopan kepada salah seorang yang sedang
membersihkan kaca jendela kelas.
“ehh
iya, Tio? Tau tuh, tadi sih pas mau ulangan matematika dia dikeluarin dari
kelas gara-gara gak konsen gitu sama pelajaran. Tapi masih ada tasnya tuh..”
mata seorang wanita itu menunjukkan keberadaan tas Tio.
“oohh
okeh, thanks ya..” jawab Jefri sambil menarik tangan Ina lagi dan segera
mengambil tas Tio.
“iiiiihhhhhhhhhhh....
lo apa-apaan sih Jep! Dari tadi tangan gue di tengteng kayak gini, digiring
kesana kemari. Emangnya gue sampah apa?! Sakit tau!” jawab Ina dengan kesal
sambil menarik kasar tangannya itu.
“hehehe
maaf yaaa neng...... lu gak tau sih apa yang sedang terjadi” jawab Jefri belaga
sok dewasa.
“aallaaaah
gaya banget lu, emang ada apaan sih Jep? Kok kayak panik gitu mukanya?”
“emang
gue lagi paniiikk oneeeenggg!! Grrr” jawab Jefri sebal melihat ulah Ina yang
polos bak buku catatan kosong.
“trus
mata lo kenapa tuh? Kok biru gitu Jep?”
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar