“Tio..!!
lo dicariin tuh sama Fikri, katanya dia, lo kemaren nantangin dia buat main futsal sore ini, emang bener?”
tanya Jefri –sahabat yang sejak kecil selalu bersama Tio –terengah-engah saat
memberitahukan informasi kepada Tio karena berlari dengan kecepatan yang tak
terduga itu.
“hah?
Nantangin gimana maksud lo Jef?” alis mata Tio mengangkat sebelah dan
menunjukkan mimik wajah tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya
itu.
“aduuuhh
gue gak tau deh, lagi lo ngada-ngada aja sih pake nantangin main futsal sama
tuh orang sombong! Udah yuk, gue ke kelas dulu ya soalnya pelajaran IPA udah
mau mulai nih..” tak sempat mendengar lebih jelas penjelasan dari Jefri, dia
pun lenyap ditelah langkahnya. Tio masih berdiam diri dengan ketidak mengertian
atas apa yang baru saja disampaikan oleh sahabatnya itu.
***
Siang
itu terasa sangat terik karena matahari yang memang tak mengajak insan di muka
bumi untuk bersahabat pada hari itu. Tio yang kali ini tengah berada di kelas Matematika,
tidak konsentrasi atas apa yang telah disampaikan oleh guru Matematika
–pelajaran yang selama ini menjadi bulan-bulanan kebencian dirinya.
“ya
baik, sekarang tutup buku, kita akan melakukan ulangan mengenai integral yang
baru saja ibu jelaskan di papan tulis, segera!” suara Bu Mira menggelegar
bagaikan petir di siang hari bolong.
“yaaaaaahhhhhhhhhhhhh..................
bu! Kita belum ngerti bu!” celetuk salah satu murid laki-laki yang terkenal
dengan kebengalannya itu.
“apaaa?!!
Kamu bilang belum mengerti? Dari tadi ibu cuap-cuap panjang lebar, dan saat ibu
bertanya apakah ada yang kurang jelas, dan kalian diam, kamu bilang sekarang
tidak mengerti?! Pintar sekali kamu Ridho!! Baiklah, ibu beri waktu 10 menit
lagi untuk kalian bertanya kepada saya apa yang belum kalian mengerti..”
pandangan guru bermata empat itu menyapu seisi ruangan, dan nihil. Semua murid
terdiam dan tak ada yang berani mengeluarkan suara sedikitpun.
“okeh!
Ibu anggap kalian telah mengerti, sekarang kita ulangan..”
Murid-muridpun
segera mengikuti perintah dari Bu Mira, tetapi Tio belum mengerti akan perintah
guru yang dikenal dengan ke-killer-annya
itu.
“Tio!
Apa kamu tidak mendengarkan instruksi dari ibu! Kenapa masih terdiam? Seperti
ayam yang mau dipotong!”
“ng...eh...mm..maaf
bu, emang se..sekarang mau pada ke..mana bu?” Tio terlihat gugup dan bingung
karena semua teman-temannya memasukkan buku pelajaran kedalam tas
masing-masing.
“TIOOO!!!
Apa yang kamu lamunkan sedari tadi sehingga kamu tidak mendengar perintah
Ibu?!” Bu Mira tampak menaikkan alis, tangannya bertolak pinggang dan nafasnya
memburu akibat ulah yang telah dilakukan oleh Tio.
“.....”
Laki-laki berperawakan tinggi dan berkulit hitam manis itu masih diam terpaku
dengan kejadian yang sedang dia alami. Tiopun menenggelamkan wajahnya kedalam
angka-angka dibuku yang tengah dihadapannya.
“kamu
sekarang keluar!!” perintah Bu Mira sambil menunjukkan arah pintu untuk Tio
melangkahkan kakinya.
Tio
pun pergi meninggalkan kelas dengan setengah berlari. Tiba-tiba dia mendengar
suara orang yang kurang jelas di toilet laki-laki, dan Tio pun menghampiri
dengan nafas tertahan sambil melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati.
Tiba-tiba...
Praak!!
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar