Sedikit ingin
berbagi cerita mengenai awal juli yang saya alami kemarin. Bertepatan dengan
hari mulai diberlakukannya tarif progresif KRL Commuter Line, semua pengguna
jasa kereta api memenuhi area stasiun-stasiun besar maupun kecil. Selain itu
diawali dengan hari pertama masuknya orang-orang beraktivitas di minggu ini—hari
Senin!
Pada tanggal HUT bhayangkara yang
ke-67 itu, saya dan salah satu rekan bisnis saya—Nila, ingin berkunjung ke
Tanah Abang untuk melakukan survey harga bahan. Saya dan kawan saya melupakan
salah satu hal yang menunjang tingkat kepenuhan konsumen di Tanah Abang pada
hari itu yakni Liburan Anak Sekolah. Saking penuhnya, saya dan kawan saya itu
benar-benar harus mengantri untuk mendapatkan peluang melangkahkan kaki menuju
tempat yang menjadi sasaran kami.
Saya sempat berpikir, orang-orang
pada hari itu melupakan arti kemanusiaan. Pertama—saya menuju Tanah Abang dari
stasiun Duren Kalibata menggunakan jasa KRL Commuter Line, karena tarifnya
progresif dan kereta mengalami gangguan, jadilah kereta ber-AC tersebut sangat
sesak dipenuhi oleh berbagai nafas, padahal saat itu siang hari dan yang saya
tahu jika kereta menuju daerah Jakarta atau Tanah Abang itu tidak terlalu
penuh, tetapi hari itu adalah hari yang luar biasa.
Selain itu, sesampainya saya di
stasiun Tanah Abang, masya Allaaah! Stasiun yang memilih banyak jalur tersebut
sangat dipenuhi—sangat sangat penuh dengan antrian manusia yang ingin
menggunakan jasa KRL. Sampai-sampai, para petugas KA di Stasiun Tanah Abang
dikerahkan untuk menahan antrian yang sudah terlalu sesak itu. Semua orang
tidak memikirkan satu sama lain pada hari itu, saling berdorong-dorongan, anak
kecil menangis, para petugas berteriak-teriak. Bisa dibayangkan pada hari itu
saya yang sendirian menuju Tanah Abang pusingnya luar biasa!
Akhirnya sayapun segera menuju pintu
keluar stasiun Tanah Abang dan keluar dari sesaknya pembeli tiket KRL. Yang saya
tangkap pada hari itu, penyebab penuhnya antrian adalah proses dari pembelian
dan pengembalian e-ticketing yang saat ini diterapkan oleh PT KAI. Berita terakhir
yang saya baca mengenai perlakuan e-ticketing di hari pertama diberlakukannya tarif
progresif untuk KRL Commuter Line itu adalah PT KAI mengalami kerugian sebesar Rp.
800 juta karena kehilangan 200 ribu e-ticketing! Luar biasa!
Disamping itu, sepulangnya saya dari
Tanah Abang, saya memutuskan untuk pulang menggunakan kereta kembali karena
saya akan menuju Tanjung Barat menuju rumah kakak saya. Lagi-lagi saya saat itu
berada dalam kerumunan sesaknya para pembeli tiket kerera api daaann kereta
mengalami keterlambatan. Jadilah isi kereta penuh. Sebelumnya, karena stasiun
Tanah Abang tepatnya di Jalur tiga yang akan membawa penumpang menuju ke
stasiun akhir—Bogor, saat kereta datang, kami saling berdesak-desakkan masuk. Orang-orang
saling dorong mendorong, ada yang berteriak-teriak dan yang lebih parahnya
adalah sepatu saya hampir terjatuh (hehe karena sepatunya baru beli—kan sayang J)
Kedua—hari Senin! Jalanan luar biasa
macetnya (1 juli 2013=hari Senin), setiap orang saling salip menyalip untuk
mendapatkan kesempatan melajukan kendaraannya—yang saya pikirkan pada saat itu
adalah, bagaimana keadaan Jakarta tiga tahun kemudian atau beberapa tahun yang
akan datang. Pastilah volume kendaraan akan semakin bertambah diiringi dengan
target penjualan salah satu brand kendaraan bermotor yakni mereka menargetkan
penjualan perhari yaitu 1000 motor! Bayangkan! Bulu kuduk saya merinding
membayangkan hal itu terjadi. Benar-benar luar biasa!
Ketiga—bukan hanya jalanan yang
macet dan stasiun-stasiun penuh sesak, tetapi pusat perbelanjaan Tanah Abangpun
tidak kalah sesaknya. Itu karena saya melupakan satu hal yang telah saya
sebutkan diatas—Liburan Anak Sekolah. Ya sepertinya tidak perlu saya jelaskan
bagaimana sesaknya pusat grosiran tersebut J
Ya itulah, awal juli 2013 yang luar
biasa! J
ceritanya sangat-sangat luar biasa sekali ya
BalasHapusterima kasih :)
BalasHapus