Hari itu hari Jumat, tepatnya sepulangnya saya dari latihan
kempo (salah satu ukm bela diri yang ada di kampus saya). Saat itu tepat pukul
tujuh malam dan saya pulang dari kampus menggunakan jasa kereta api ekonomi. Sesampainya
di stasiun duren kalibata, saya menanyakan kepada si penjaga loket kapan kereta
ekonomi menuju Jakarta tiba? Tetapi kata si penjaga loket, kereta api ekonomi
menuju Jakarta adanya jam Sembilan malam, dan yang tersedia saat itu adalah
kereta api ekonomi hanya sampai stasiun manggarai.
Sayapun membeli tiket kereta api ekonomi tersebut dan berniat
transit ke jalur lain yang terdapat kereta api ekonomi menuju Jakarta. Setelah sesampainya
saya di stasiun manggarai, hampir-hampir saya terjatuh saat ingin keluar dari
kereta karena banyaknya penumpang yang ingi menaiki kereta api ekonomi tersebut
yang akan berangkat menuju ke bogor.
Lalu setelah ada luang untuk keluar dari kereta apipun, saya
segera mencari jalur lain. Karena saat sulit bagi saya untuk melompat dari
jalur satu ke jalur yang lain (sebab saya mengenakan rok batik jogja yang tidak
lebar dan berbentuk sepan), maka sayapun berjalan di selusur rel kereta api
untuk menuju jalur satu (jalur yang menyediakan kereta api ekonomi menuju Jakarta
Kota).
Tiba-tiba ada suara yang sepertinya memanggil saya, dia
berkata “Mba….” Panggilan tersebut
tidak terlalu saya hiraukan karena saya kira suara wanita tersebut tidak
memanggil saya. “mba…
mba…” lalu sayapun menengok ke arah sumber
suara. “Mba… awas mba, ada kereta
commuter dari bekasi mau lewat….” Ternyata panggilan
wanita itu tertuju kepada saya.
Sayapun segera menegok
ke kanan dan ke kiri tempat saya berpijak dijalur empat tepatnya. Lalu benar
saja ternyata ada cahaya yang sedikit menyilaukan mata, lalu dengan segera saya
meletakkan tas dan barang bawaah saya terlebih dahulu di peron.
“pak,
tolongin tuh pak, angkatin dia… cepet!”
sumber suara dari seseorang yang berteriak didalam kereta api dijalur lima
terdengar jelas ditelinga saya karena melihat saya sulit untuk melompat akibat
keterbatasan lebar rok, sayapun diangkat oleh seorang lelaki lalu tak lama
setelah itu kereta apipun lewat. Saya rasanya ingin menangis pada saat itu.
Pikiran saya pada saat
itu memang sedang kacau balau, entah apa yang membuat saya tidak fokus pada
malam itu. Lalu setelah mengucapkan terima kasih kepada sang bapak-bapak yang
telah menolong saya, saya duduk sejenak di bangku peron untuk menangis sebentar
(tetapi tangisan dalam diam sehingga hanya air mata yang keluar dari kelopak
mata tanpa bersuara). Lalu saya beristighfar berkali-kali dan mengucap syukur. Sedikit
bermuhasabah, dosa apa yang telah saya lakukan pada hari itu.
Setelah sedikit tenang,
sayapun melanjutkan perjalanan saya menuju jalur satu untuk mendapatkan kereta
ekonomi yang dapat membawa saya menuju ke stasiun cikini. Saat saya ingin
menyebrangi rel kereta api, karena tidak melihat ke kanan dan ke kiri terlebih
dahulu, tiba-tiba ada suara lelaki yang berteriak, “mba..
awas mba ada kereta mau jalan tuh!” lalu kaki sayapun
terhenti, dan menatap lelaki itu dengan tatapan kosong lalu mengangguk tanda
mengerti.
Setelah kereta api
tersebut lewat, barulah saya menyebrangi rel tersebut untuk menuju jalur satu. Dan
sesampainya kereta api ekonomi dari bekasi menuju Jakarta kota tersebut,
sayapun segera naik dan duduk sejenak masih dengan rasa deg-deg-an menghiasi
perasaan saya. Saya merasa saat itu dosa saya sangat banyak sekali. Didalam perjalanan
menuju stasiun cikini saya tak henti-hentinya beristighfar dan terkadang keluar
air bening dari kelopak mata saya dan segera saya hapuskan agar tidak dilihat
oleh orang lain. Alhamdulillah Allah masih memberikan saya kesempatan hidup,
menikmati islam dengan ikhlas.
Teruntuk teman-teman
yang membaca postingan saya mengenai “selamat dari maut”,
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila banyak salah baik disengaja maupun
yang tidak disengaja. Mohon maaf lahir batin. Semoga teman-teman sekalian
berkenan memaafkan saya yang penuh dengan kesalahan.