Berita mengenai dihapuskannya KRL Ekonomi
membuat para pengguna jasa KRL Ekonomi Jabodetabekpun merasa risau. Hal yang
dirisaukan oleh para pengguna jasa KRL Ekonomi adalah persoalan mengenai biaya
penggunaan jasa KRL Commuter Line yang rasanya kurang mudah untuk dijangkau
oleh karyawan atau masayarakat menengah kebawah yang memiliki penghasilan
dibwah UMR (Upah Minimum Regional) jika penghapusan KRL Ekonomi tetap akan
diberlakukan.
Semenjak pemerintah menyebarkan berita
mengenai penghapusan KRL Ekonomi, tak sedikit masyarakat yang melakukan aksi
demo untuk mencabut kebijakan tersebut. Tempo hari, di daerah Bekasi—masyarakat
pengguna jasa KRL Ekonomi unjuk rasa dengan cara memenuhi jalur perkerta apian,
sehingga membuat perjalan KRL pun tertunda selama beberapa jam.
Usul punya usul, pemerintah mengambil
kebijakan penghapusan KRL Ekonomi dikarenakan untuk memaksimalkan pelayanan PT
KAI terhadap konsumen agar konsumen lebih merasa aman dan nyaman dengan
menggunakan jasa PT KAI. Disini saya akan sedikit menjelaskan tipe konsumen
pengguna jasa PT KAI, pertama—mereka yang melakukan perjalanan jarak jauh,
tidak mempermasalahkan biaya KRL Commuter Line yang terbilang cukup mahal,
kedua—mereka yang melakukan perjalanan jarak dekat, mempermasalahkan biaya KRL
Commuter Line, ketiga—mereka yang menggunakan perjalanan jarak jauh dan
memiliki penghasilan kurang dari UMR, mempermasalahkan biaya KRL Commuter Line
yang terbilang cukup mahal dan yang keempat—mereka yang memiliki penghasilan lebih
diatas UMR, tidak terlalu mempermasalahkan biaya KRL Commuter Line yang
terbilang cukup mahal. Mungkin masih banyak lagi tipe konsumen yang menggunakan
jasa PT KAI.
Sepeninggal hal tersebut, akhirnya
pemerintahpun mengambil kebijakan terbaru yakni penundaan penghapusan KRL
Ekonomi. Kebijakan penghapusan KRL Ekonomi yang seharusnya berlaku mulai 1
April 2013, ditunda menjadi tanggal 1 Juni 2013. Tetapi hal tersebut tidak
membuat pengguna jasa KRL Ekonomi bernapas lega, karena dengan penundaan yang
dilakukan oleh pemerintah membuat jadwal keberangkatan perkereta apian menjadi
tidak menentu.
Saya—salah satu pengonsumsi jasa KRL
Ekonomi Cikini-Duren Kalibata, merasa semakin tidak puas akan layanan yang
diberikan kepada PT KAI. Selain karena kebijakan akan dihapuskannya KRL
Ekonomi, juga karena jadwal keberangkatan yang kini kian tak menentu. Beberapa
hari terakhir setelah keputusan penundaan penghapusan KRL Ekonomi, jadwal
keberangkatan KRL Ekonomipun tidak menentu, yang seharusnya bisa berangkat jam 6.10,
malah tertunda menjadi jam 7.10.
Salah satu permasalahan mengapa saya
menolak dihapuskannya KRL Ekonomi adalah karena saya termasuk pengguna jasa PT
KAI untuk KRL Ekonomi di tipe kedua. Memang, yang saya dengar bahwa subsidi
pemerintah untuk KRL Ekonomi akan dialokasikan ke KRL Commuter Line apabila KRL
Ekonomi dihapuskan, tetapi tetap saja kurang bisa untuk dijangkau karena saya
konsumen di tipe kedua ditambah dengan status mahasiswa yang terkadang masih
menadah ke orang tua.
Terakhir dari tulisan ini saya ingin
menyampaikan saran untuk PT KAI, disini ada dua saran. Yang pertama—jika KRL
Ekonomi dihapuskan, maka kebijakan harga KRL Commuter Line harus memerhatikan
masyarakat yang berpenghasilan rendah dan pelayanan terus ditingkatkan.
Kedua—jika KRL Ekonomi tidak dihapuskan, maka naikkan harga untuk KRL Ekonomi
dan perbaiki kualitas. Terima kasih (santika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar