Mengenai Saya

Foto saya
Ketika sebuah kalimat yang keluar dari mulut tak bisa didengarkan oleh orang lain. Maka Menulislah, disitu Anda akan dikenang sepanjang usia Anda, karena mungkin kata-kata yang keluar dari mulut tak bisa mengubah seseorang, tetapi tulisan yang dibaca berulang bisa menjadi pengaruh untuk seseorang. Maka Menulislah!

Minggu, 29 April 2012

Aku, bukanlah adikku :)


Perkenalkan, aku adalah anak pertama dari keluarga wijaya. Namaku Afifah Chairurani, dan aku memiliki 2 adik perempuan, adikku yang pertama bernama Adira khofifah dan adikku yang terakhir bernama Azizah nur Amalia. Aku kini telah berumur 23 tahun dan hendak menyelesaikan studi s1 ku, kini aku sedang mengalami tahap penyusunan skripsi dan tiga bulan lagi akan diadakan sidang. Ayah dan bundaku bersama murrobiku ternyata sudah memiliki rencana untuk menjodohkanku dengan salah satu ikhwan yang telah siap menikah.
            Suatu hari, saudara laki-lakiku, ka Ikrom ingin melangsungkan pernikahannya dan ayahku berencana akan mengundang lelaki tersebut untuk datang ke pesta pernikahan saudaraku sekaligus untuk memperkenalkan diriku dengan dirinya. Aku sih tidak masalah dengan perjodohan ini, toh kalau memang sudah jalannya aku menikah setelah lulus ya itu namanya rejeki kan.. hehe
            ***              
            “afifah.. kemari nak..” suara ayahku berasal dari mulut pintu memanggilku sepertinya hendak memberitahukan sesuatu. Setelah aku menghampirinya ternyata dia memberitahu mengenai perihal perjodohan yang memang sudah kuketahui dari bunda.
            “iya yah aku udah tahu kok heheh dari bunda, kemarin bunda menceritakan itu ke aku, ayah juga mau mengundang dia ke acara pernikahan ka ikrom kan?”tanya ku meminta konfirmasi terhadap ayah. Ayahpun tersenyum mendengar pertanyaan retorikku itu.
            Setelah diberitahu mengenai info itu, akupun kembali beranjak kedalam kamar untuk melanjutkan revisi skripsiku. Sebenarnya hari ini ka ikrom menyuruhku untuk datang ke rumahnya agar bisa dimintai bantuan untuk pernikahannya minggu depan, tapi aku ingin merevisi skripsiku dulu sebelum disibukkan dengan membantu dia. Mungkin besok atau lusa aku akan segera pergi ke kediaman ka ikrom di bandung dan bermalam untuk beberapa hari sampai acara berbahagia itu tiba.
            ***
            Pernikahan ka ikrompun berjalan dengan sangat meriah, ruangan tak larut sepi, karena selalu dipenuhi dengan tamu yang datang silih berganti, setelah ijab qabul itu diucapkan, kini dua insan yang saling mencintai itupun telah terikat dengan sah baik dalam hukum maupun dalam agama. Aku tersenyum lepas melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah sepupuku itu.
            “nah.. nak Rahman, itu dia anak-anak bapak yang sedang berada disamping kedua mempelai itu lho..” ayahku menjelaskan kepada lelaki yang ingin dijodohkan olehku sambil menunjuk ke arahku, adira dan azizah. Dan rahman tampak mengangguk-angguk tanda mengerti akan penjelasan yang diberikan ayahku kepadanya.
            Tiba-tiba kulihat rahman menghampiri kami bertiga, tepatnya ke arah adikku berada, adira.
            “assalamu’alaikum ukhti..” sapa rahman kepada adikku.
            “wa’alaikumsalam..” jawab adira kepadanya, dan merekapun berbincang-bincang sebentar tetapi disertai dengan tatapan sedikit jutek oleh adikku. Maklum, walaupun dia telah mengenakan jilbab sejak satu tahun yang lalu, tetapi sefat kejutekkannya tak pernah hilang. Lalu kulihat adirapun pergi disertai dengan senyuman maksa dari waut wajahnya.
            “assalamu’alaikum.. halo, kamu adikknya afifah ya? Tadi aku dikasih tahu oleh ayahmu.. by the way kamu udah tahu belum mengenai perjodohanku dengan kakakmu itu.” Dia menunjuk kearah adikku yang telah pergi jauh meninggalkan kami.
            “wa’alaikumsalm.. hah.. nggg.. iya u..u..udah tau kok kak, kenapa emang..nya?” jawabku gagap karena bingung dengan yang diucapkan oleh rahman. Bingung yang menyergapku adalah pertanyaan rahman ‘by the way kamu udah tahu belum mengenai perjodohanku dengan kakakmu itu’ Apa mungkinnnn???? Yaaa..... betul. Aku rasa dia telah salah orang. Tiba-tiba akupun tersenyum karena memiliki ide kreatif.
            “ohh iya iya.. kamu kenapa senyum-senyum begitu?” tanya rahman kepadaku.
            “ngg.. nggg gak kok kak, Cuma pengen senyum aja, hehe” lalu kamipun berbincang lumayan lama karena memang rahman ternyata orangnya asik diajak berbicara, tetapi aku tidak hanya berduaan aja lho, aku mengobrol bersamanya dengan adikku, azizah.
            ***
            Acara itupun telah usai, dan akupun telah kembali pulang ke rumah. Sesampainya di kamar aku mulai berpikir. Kenapa rahman menyangka afifah adalah adikku? Lalu akupun langsung tertawa, mungkin karena afifah memiliki ukuran badan yang lebih tinggi daripada diriku. Lalu akupun segera beranjak untuk sholat isya dan berdoa agar diberikan yang terbaik oleh-Nya.
            Setelah selesai menunaikan sholat isya, tiba-tiba ponselku berdering menunjukkan ada pesan singkat yang telah masuk ke ponselku. Setelah kubaca ternyata dari temanku, fitri yang memberitahu bahwa minggu depan akan diadakan pertemuan di organisasi yang kujalani, FoSSEI (forum silaturahim studi ekonomi islam) se-Jadebek, akupun segera membalas ‘ya’. Lalu beranjak untuk pergi tidur.
            ***
            Hari ini adalah pertemuan organisasiku itu, lalu aku melihat seseorang yang mirip dengan... ya itu memang rahman! Kenapa dia bisa ada disini ya? Pikirku. Lalu dia menghampiriku dan memberikan salam lalu menanyakan perihal keberadaanku di organisasi ini.
            “oh.. kamu ternyata salah satu anggota FoSSEI juga ya.. emang kuliah semester berapa de?” tanya rahman padaku.
            “hah.. nggg.. semester 2 ka.. iya 2, kenapa emang ka?”
            “oh gapapa, oia, kakak kamu katanya juga sibuk di organisasi ini kan? Aku diberitahu oleh ayah dan murrobiku. Tapi kok aku gak ngeliat dia disini ya?” tanya rahman sambil memindai pandangannya ke seluruh penjuru.
            “eh.. nnggg iya ka, kakak lagi sibuk nyusun skripsi. Dia lagi di rumah kok.” Lalu akupun segera pamit untuk meninggalkannya sebelum bertambah banyak kebohonganku. Ternyata rahman juga salah satu anggota aktif disini ya.. mmm kenapa aku bisa gak tau ya. Yasudahlah!
            ***
            Hati ternyata memang tidak bisa berbohong, kenapa rahman condong lebih memilih adira ya? Mungkin karena pertemuan dia yang pertama kali dengan afifa disambut dengan kurang nyaman oleh afifah. Dan rahman juga lebih nyaman mengobrol denga adira, adiknya afifah. Mungkinkah rahman akan menikahi afifah dengan hati yang kurang mantab??
            “bi.. aku hari ini rencana ingin ke rumah afifah dan menjelaskan apa yang telah aku rasakan selama ini?” bincang rahman pada abinya disela waktu liburnya itu.
            “bi.. kenapa ya, aku lebih condong ke adiknya? Bisa gak sih bi kalo aku lebih memilih untuk mengkhitbah adiknya?” tanya rahman lagi pada abinya.
            “oalah ndoo.. kok bisa gitu toh? Yasudah nanti kamu jelaskan saja pada keluarga nak afifah ya..” tiba-tiba suara ummi terdengar dari arah belakang.
            “Mmm iyaa bener tuh kata ummimu.. yaudah, siap-siap yuk buat ke rumahnya afifah. Tapi kamu bener-bener udah siap kan ndok?” tanya abi kepada rahman.
            “insya Allah bi.. aku udah istikhoroh dan tahajjudan setiap malam dan aku udah mantab banget.” Jawab rahman meyakinkan.
            ***
            “gimana fah? Kamu udah siap kan? Inget lho hari ini keluarga nak rahman akan mengkhitbahmu..” lalu akupun sedikit berbincang-bincang dengan bunda sebelum bertemu dengan rahman dan keluarganya. Aku bingung setengah mati, bagaimana harus mengawali dan membuka semua yang telah kututup-tutupi selama ini. Semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
            “afifaaaahhh............ naak, keluarga nak rahman sudah tiba nih. Ayo ndookk turun.” Suara ayah dari ruang tamu terdengar jelas kearah kamarku yang berada dilantai dua. Aku dan bundapun segera turun. Hatiku berdegup sangat cepat seperti ingin keluar dari habitatnya.
            Kulihat rahman tercengang dan mungkin sedikit bingung dan berkecamuk pertanyaan dalam pikirannya yaitu ‘mengapa adira yang turun? Kan afifah yang dipanggil..’
            “ayo nak, pak silahkan duduk..” sebelum memulai khitbahan itu, ada sedikit basa-basi dan itu cukup membuat hatiku mulai tenang. Tetapi saat sudah ke inti pembicaraan, hatikupun mulai berdegup dengan cepat kembali.
            “baiklah, assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh... bismillahirahmanirrahim. Sebelum menjelaskan kedatangan kami sekeluarga, saya, rahman ingin menyampaikan terlebih dahulu mengenai keputusan saya. Oia bu, ngomong-ngomong afifahnya kemana ya? Kenapa adira yang diikutsertakan” tanya rahman kepada bundaku.
            “maksud nak rahman apa ya?” bundapun balik bertanya. Aku benar-benar ingin lari rasanya!
            “iya.. afifahnya mana bu?”
            “lho nak.. ini afifahnya toh..” jawab ibu dengan raut wajah yang tak kalah bingungnya dengan rahman. Akupun langsung angkat bicara.
            “bolehkan saya berbicara bu.. rahman, akulah afifah chairurani. Putri dari bapak wijaya yang hendak dijodohkan olehmu. Dan sebelumnya afwan jiddan atas perlakuanku tempo hari. Sebenarnya aku bingung ingin menjelaskan darimana...” akupun mulai menjelaskan semua perkara dari awal hingga akhir. Sebenarnya aku memag tidak bermaksud seperti itu, Cuma hanya untuk mengetahui apakah rahman mencintaiku apa adanya dan memang karena hati? Aku terus menjelaskan panjang lebar dengan tatapan menunduk.
            Aku sedikit melihat raut wajah kekecewaan dari semua pihak khusunya rahman. Akupun sudah siap untuk menerima keputusan yang akan rahman ambil.
            “afwan ukhti... syukron jiddan atas kejujurannya. Sebenarnya maksud kedatangku juga tadinya ingin membatalkan khitbahanku dengan afifah dan melanjutkannya dengan adira, ternyata pucuk dicita ulampun tiba, kamu adalah afifah yang sebenarnya.”lalu rahmanpun menceritakan yang sedang dirasakan hatinya mengenai khitbahan ini sebelum mengetahu adira dan afifah yang sebenarnya.
            “jadi....???” pertanyaanku menggantung dengan wajah sedikit terangkat karena takut kemerahan diwajahku nampak terlihat olehnya.
            “bismillahh.. dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Aku bersiap membina sebuah rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah dengan Afifah Chairurani”
            “alhamdulillaaahhhhhhh..........” semua serentak bersyukur sambil mengusap wajah dengan kedua telapak tangan masing-masing. Kamipun melagsungkan makan siang bersama.

Rabu, 11 April 2012

Iman Tak Dapat Diwarisi


Nadia Putri adalah seorang anak yang tinggal bersama ibunya, dan bapaknya telah lama meningalkan Nadia sejak Nadia masih berumur 4 tahun. Nadia merupakan anak semata wayang dari keluarga sederhana itu. Ibunya merupakan seorang buruh pabrik di bidang menjahit yang bekerja semata-mata untuk membiayai hidup mereka berdua, tak ayal karena kesibukan ibunya yang selalu pulang malam membuat ketidakharmonisan keluarga Nadia karena jarangnya berkumpul. Suatu hari Nadia pernah menanyakan dimana keberadaan bapaknya sekarang, karena Nadia ingin sekali berjumpa dengan bapaknya.
            “bu, bapak sekarang tinggal dimana sih? Kira-kira dia masih ingat gak ya sama kita?” tanya Nadia saat dia masih duduk dibangku SMA kelas 2.
            “sudahlah, kamu jarang mikirin bapakmu itu. Yang jelas dia sudah bahagia dengan keluarganya yang baru. Mending kamu urusin sekolah kamu biar bisa lulus cepet trus bantu ibu buat cari uang.” Kilah ibunya yang saat itu sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja.
            “yaudah aku berangkat dulu ya bu.. assalamualaikum”
            Sejak hari itu, rasa penasaran Nadia akan bapaknya itu pun bertambah setingkat. Dia mulai mencari tahu mengenai bapaknya itu dengan mencari berkas-berkas yang mungkin bisa membantu dia untuk mencari tahu keadaan bapaknya sekarang. Karena sejak ditinggal oleh bapaknya, ibunya sudah tidak pernah membahas sedikitpun tentang bapaknya Nadia.
            ***
            Hari ini Nadia sedang libur sekolah dan ibunya masih sibuk dengan pekerjaannya menjadi buruh pabrik. Pencarian Nadia mengenai berkas tentang bapaknyapun dimulai. Dia mencari tas yang berisi surat-surat penting yang berada di kamar ibunya. Bukan bermaksud lancang, tetapi karena dia ingin sekali membuat hubungan antara bapak dan ibunya kembali terjalin dan tidak memutuskan tali silaturahim. Saat pencarian itu sedang berlangsung, tiba-tiba dia mendengar suara pintu terbuka dan langsung saja Nadia mengumpat di belakang lemari.
            “adduuuuhh mana sih dompet ibu.. nadiaaaa nadiaaaa.. kemari cepat!” teriakan ibu membuat jantung Nadia berdegup sangat kencang.
            “nadiaaaaaaaaaa...... kamu tuh dimana sih?! Dipanggil sama ibu nyaut dong!” belum ada sautan juga dari putri semata wayangnya itu. Saat ibunya hendak memasuki kamar, tiba-tiba dia melihat pintu kamarnya terbuka lebar. Perasaan hatinya mengatakan bahwa saat dia pergi untuk bekerja, pintu kamarnya sudah tertutup rapat.
            “lho lho lho? Kok pintu kamar ibu kebuka sih?! Nadiaaaa..........” akhirnya Nadiapun keluar dari tempat persembunyiannya dan raut wajah ibunyapun langsung bertambah sengit memandang ke arah Nadia, dan itu membuat ibunya semakin bertambah marah.
            “maafin Nadia bu..” Nadia hanya tertunduk selama ocehan ibunya masih terhias dibibir serta wajahnya yang mulai menampakkan kerutan itu. Tak kuasa menahan sesak didada akhirnya Nadia pun menangis, karena melihat Nadia menangis ocehan ibunyapun terhenti, lalu menanyakan apa maksudnya Nadia membongkar isi surat-surat penting itu.
            “Na.. na.. nadia hanya ingin tahu bapak itu kayak gimana sekarang.. mm dia berada dimana se.. se.. sekarang bu. Dan kenapa ibu sangat membenci bapak, aku berniat untuk menjalin tali silaturahim ibu dengan ba.. pak lagi.. maafin Nadia bu” Nadia pun bersujud di kaki ibunya karena telah membuat ibunya marah. Ketika itu dia teringat akan pesan kakak mentoringnya di rohis SMAnya yang mengatakan bahwa ada sebuah hadist yang berpesan bahwa: murkanya orang tua adalah murkanya Allah...
            Saat sedang bersujud, tiba-tiba ibu merengkuh badan Nadia dan memeluk anaknya itu dengan rasa bersalah karena selama ini terlalu keras mendidik Nadia.
            ***
            Hari itu Nadia pulang dari acara pengajian dari sekolah sekitar jam setengah 9 malam, karena memang Nadia ikut andil dalam penyusunan acara pengajian itu. Dan memang semenjak SMA, Nadia haus akan ilmu keagamaan, sampai-sampai acara yang berakhir di penghujung malampun pernah ia lakoni.
            “kamu ini kok ngaji pulangnya sampe malam begini sih?! Kamu sebenernya ikut pengajian apa sih de!? Jangan-jangan kamu udah dicuci ya otaknya sama yang aliran-aliran itu!” Nadia yang baru pulang dan mengucapkan salam tetapi ditanggapi oleh fitnahan ibunya.
            “ya ampun bu, Nadia gak kayak gitu kok. Nadia emang beneran ikut pengajian bu di sekolah sekalian ada syukuran temen yang baru ngedapetin juara 1 lomba Karya Ilmiah Siswa yang tingkat Nasional itu. Ibu.. maafin Nadia bu..”
            “Ibu udah lama ya mau ngomong ini ke kamu, perubahan kamu yang tiba-tiba dari SMP ke SMA ini tuh buat ibu memikir yang tidak-tidak tentang kamu de, kamu tau gak? Tetangga tuh ada yang pernah ngegunjingin ibu gara-gara pakaianmu..!”
            “maksud ibu? Pakaian yang aku pakai dijadiin bahan gunjingan ibu-ibu disini. Udah ya buu, ibu jangan dengerin mereka. Mereka Cuma sirik sama ibu dan Nadia.. kalo emang ibu keberatan Nadia kayak gini, nadia minta maaf ya bu..”
            “kamu tuh udah berani ya jawab-jawab perkataan ibu.. ikut pengajian kok malah jadi kurang ajar gini sih de!? Trus juga sejak SMA kamu tuh pake jilbab segede itu. Kamu tuh gak takut dianggap teroris apa!? Jangan sampai ya kamu kena aliran-aliran sesat kaya gitu.. tadi ibu liat di tivi ada anak seumuran kamu kena cuci otak......” ocehan ibu mulai sedikit tak terdengar oleh Nadia, dan tiba-tiba.. bruukk. Nadia jatuh pingsan.
            Setelah siuman dari pingsan, Nadiapun kembali meminta maaf kepada ibunya atas perilakunya. Tapi Nadi benar-benar tidak mengikuti aliran-aliran yang seperti ibunya bilang. Tapi saat Nadia berusaha menjelaskan, ibunya hanya diam. Semoga diamnya ibu pertanda setuju denganku.. pikirnya.
            ***
            “maafin ibu nak.. gak seharusnya ibu melibatkan kamu kedalam masa lalu ibu..” akhirnya ibu pun menceritakan masa lalunya tentang bapaknya Nadia.
            Ternyata saat Nadia masih kecil, bapaknya Nadia pernah menjadi buronan polisi dan itu membuat ibu pusing sekali, pikiran ibu mengatakan bahwa Allah itu tidak adil, setiap kali dia bersujud meminta petunjuk, yang didatangkan malah musibah bertubi-tubi. Pada suatu hari, bapaknya pun dibawa oleh polisi karena pernah tertangkap basah sedang mengonsumsi obat-obatan terlarang. Pikiran ibu bertambah kacau, dia berusaha mengeluarkan suaminya dan harus memiliki uang ditangan sebesar 15 juta, dan saat itu keadaan ekonominya memang sedang sulit sekali. Akhirnya ibunya Nadia berusaha mencari pinjaman kemana-mana dan mengumpulkan uang sebanyak yang dibutuhkan untuk mengeluarkan suaminya itu.
            Setelah bebas dari penjara, masalah tak berhenti sampai situ, dalam proses pelunasan hutang yang menumpuk, suaminya meninggalkan dirinya karena terbuai oleh wanita lain. Karena tak kuasa akhirnya ibunyapun memutuskan untuk bercerai.
            Sejak saat itu, ibunya Nadia tidak percaya bahwa pertolongan Allah itu ada, maka dari itu dia sering melarang Nadia untuk mengikuti kegiatan keagamaan yang betujuan mendekatkan diri kepada Allah.
            “ibuu, maafin Nadia ya bu sekali lagi. Oia bu.. ibu tau gak? Bahwa Allah itu menerangkan kepada hamba-Nya mengenai takaran cobaan yang diterima hamba-Nya. Allah tuh tau kalo ibu tuh bisa ngelewatin ini, makanya dia ngasih ibu cobaan kayak gini. Coba deh ibu baca qur’an surat Al-Baqarah ayat 286 yang isinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.... gitu bu. Gimana menurut ibu?” ibunya haya terdiam dan menangisi perbuatannya selama ini yang telah jauh dari-Nya.
            ***
            “bu.. Nadia berangkat dulu ya, ada pengajian tuh bu dari karang taruna dan Nadia jadi panitianya.” Ucap Nadia seraya mengambil sepotong gorengan yang tersedia di meja makannya.
            “de, sini deh..” ucap ibu yang saat itu tengah asyik membereskan rumah.
            “apa bu?” tanya Nadia penasaran.
            “kira-kira Allah ngebolehin ibu gak ya buat dateng ke pengajian itu?”
            “ya tentu boleh dong bu.. emangnya Allah itu pelit apa kayak manusia hehe. Oh iya emangnya ibu gak masuk kerja, bukannya sekarang jadwalnya ibu masuk ya?”
            “ibu udah ngundurin diri dari pekerjaan buruh itu de, abisnya waktu ibu banyak tersita. Udah gitu gajinya gak seberapa” ibupun tersenyum menjelaskan alasan mengapa ia memilih berhenti dari pekerjaannya menjadi buruh pabrik.
            “mmm trus? Ibu mau jadi ibu rumah tangga seutuhnya niiihh ceritanya?” Nadia menggoda ibunya seraya merangkul pinggang ibunya.
            “ya gak dong.. nanti ibu cari pekerjaan baru. Kalo kaya gitu nanti anak ibu mau dikasih makan apa?”
            Mereka berduapun tertawa melepas kesedihan yang selama ini menggelayuti hatinya.

Nama               : Santika Febriany
Facebook         : Santika Febriany
Blog                : santikafebriany01.blogspot.com
Amanah           : kemarin doa, sekarang ikhtiar, besok jadi kenyataan!

Senin, 09 April 2012

Dakwahku semata-mata karena Mu


Dakwah..
Ibarat pijar yang menerangi kegelapan malam
Ibarat bintang yang menambah keindahan malam
Ibarat sebuah harapan dalam kesempitan
Tapi ku hanya bisa diam membisu mendapati semua itu
Dakwah..
Mengajak dalam kebaikan yang tak ternilai
Mengajak dalam keindahan menuju surga-Nya
Mengajak nafas-nafas yang tersesat di bumi Allah
Tapi ku hanya bisa termangu menanti hal tersebut
Dakwah..
Rintangan tak ayal menghadang jalanku menujunya
Rintangan tak ayal bagaikan batu yang tak jarang membuatku terjatuh
Rintangan yang terjal seperti jurang yang berada di tengah hutan rimba
Tapi ku hanya sekeping jiwa yang bisa dikalahkan itu semua
Dakwah..
Hidupku bahkan hampa tanpa seruan mahkluk Mu
Hidupku tak terarah tanpa petunjukMu
Hidupku hilang bagai malam ditelan kegelapan
Tapi lagi-lagi, aku hanya bisa memandang dengan lahapnya
Dakwah..
Tak urung ku menangisi perbuatan jiwa yang memaksa kehendak
Tak urung ku meluapkan api dari dalam dada karena tak sepaham
Tak urung ku tertawa melihat kepingan berbahagia setengah hati
Tapi ku hanya bisa bernafas dalam diam
Dakwah..
Indahnya hidup dengan berdakwah dijalan Mu
Indahnya nikmatMu dengan mengajak ummatMu ke arah jannahMu
Indahnya kebersamaan nafas-nafas ummat ummati

Berkahilah kami semua dengan jalan serta nikmat yang tak kunjung habis ya Rabb

Kini Kudapatkan HidayahMu!


“jaga sisi kanan daf.. ayo ayo SMA Pertiwi” teriak coach memecahkan lamunan Dafia, sang bintang basket SMA Pertiwi. Priiit priiit priiiitttt!!!!!! Tak terasa peluit pun bernyanyi menandakan bahwa pertandingan basket kali itu telah berakhir.
“kamu kenapa si daf? Main kamu hari ini gak bagus banget! Lagi ada masalah? Tim kita kalah gara-gara main kamu yang gak becus gitu! Gak bisa diandalkan jadi kapten basket! Profesional dong!” ocehan coach terus mengalir dari mulutnya dan Dafia tidak bisa berkata apa-apa karena memang saat itu dia mengakui kesalahan dia dan itu sangat berdampak fatal terhadap tim basketnya.
“maaf pak.. saya lagi kalut. Maaf kalo saya gak profesional dalam bermain basket tadi. Maaf pak.. sepertinya saya memang sudah tidak layak untuk menjadi kapten dari tim basket Pertiwi. Kalo bapak ingin mengambil tindakan untuk tidak menjadikan saya kapten tim ini saya bersedia pak” dafiya pun langsung meninggalkan lapangan diikuti langkah kaki seribu.
***
“daf, tadi dicariin sama pacar lo tuh! Gue tadi ketemu dia di lapangan parkir” darra berlari mengikuti gerakan kaki dafiya yang sangat cepat.
“iya dar, thanks ya..” dafiya pun langsung menghampiri Kelvin yang memang sedang menunggu dia di lapangan parkir. Dan tanpa panjang lebar Dafiya pun menjelaskan isi hatinya untuk memutuskan hubungan dengan Kelvin. Dan kelvin tampak tidak menerima keputusan yang diambil Dafiya karena Dafiya tidak menjelaskan kenapa dia tiba-tiba memutuskan hubungan dengannya.
***
Sesampainya di rumah, setelah mengucapkan salam Dafiya pun langsung masuk ke kamar tanpa menemui ibunya yang tengah sibuk dengan berbagai jenis sayuran di tangannya karena sedang menyiapkan makan malam. Setelah di kamar, dafiya membuka lemari dan mencari rok-rok pendek yang baru saja dia beli minggu lalu bersama ibunya. Dafiya memang berniat untuk menjadi perempuan seutuhnya tanpa harus menjadi perempuan yang berjiwa laki-laki. Rok pendeknya sangat bagus dan itu yang membuat Dafiya membeli banyak rok saat belanja dengan ibunya.
“heh! Pakai nih jilbab!”
“iya pakai nih..” semua orang nampak melempari kain-kain panjang berupa jilbab untuk ku kenakan. Dafiya hanya bisa mengeleng-geleng kepala. Dafiya sesak dengan berbagai tumpukan kain yang sangat banyak.
“astagfirullah.. Cuma mimpi. Takwilnya apa ya? ya Allah udah jam setengah 6! Aku belum sholat ashar.” Dafiyapun segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat ashar. Setelah itu, dafiya menghampiri ibunya yang baru saja selesai masak untuk makan malam.
“ibu kok gak bangunin aku buat sholat ashar sih?”
“kamu dari tadi udah ibu bangunin tapi malah asik tidur!” saat sedang asik mengobrol dengan ibunya, Dafiya pun menceritakan apa yang terjadi di mimpinya tadi sore.
“lah? Mana ibu tau toh naakk.. ibu kan bukan penerjemah mimpi. Udah khusnudzon aja, itu Cuma bunga tidur aja kok. Udah yah jangan dipikirin. Mending bantuin ibu nih nyiapin lauk buat makan nanti malem, ayoo cepet dikit lagi mau maghrib nih..” akhirnya aku membantu ibuku dan mulai memikirkan apa maksud mimpiku tadi.
***
Saat ingin pergi tidur, tiba-tiba terbesit di pikiran Dafiya untuk mencoba berbagai jilbab yang biasa dia gunakan pada hari jumat. Koleksi jilbabnya cukup banyak karena setiap jumat memang seragam muslimnya bebas. Saat mencoba dan berkaca diri, ternyata memakai jilbab memang lebih baik dan lebih anggun.
Kriinggg kriinngg kriinngg.. tiba-tiba ponsel dafiya berbunyi. Saat dafiya melihat layar ponsel, ternyata yang menelpon adalah Kelvin, yang sudah dianggap dafiya adalah mantan kekasihnya.
“halo sayang.. tadi kamu becanda kan mutusin aku? Kamu kenapa sih? Tiba-tiba mutusin aku gitu? Aku ada salah? Aku minta maaf deh.. tapi pliiiss jangan ninggalin aku, aku gak bisa hidup tanpa kamu.” Memang sejujurnya Dafiya masih sayang dengan Kelvin, tapi entah mengapa dia ingin menyendiri dan tak ingin memiliki kekasih terlebih dahulu. Apalagi akhir-akhir ini dia mulai memikirkan untuk mengenakan jilbab sejak kejadian itu..
***
Saat dafiya pulang dari pertandingan basket melawan SMA Sukamaju, dia pulang ke rumah dengan menggunakan kereta, dan saat itu dia melihat seorang perempuan berjilbab tengah bergandengan tangan dengan kekasihnya mungkin. Mereka berjalan sambil tertawa dan serasa dunia adalah miliknya berdua. Saat itu dafiya melihat kejadian yang tidak seharusnya dipertontonkan di depan umum. Jadi saat itu ponsel si perempuan direbut oleh si laki-laki, lalu si perempuan berusaha untuk mengambil ponselnya tapi si laki-laki malahan mengajaknya becanda dan membuat dafiya menjadi risih saat sedang menunggu kereta, akhirnya dafiyapun menghampiri sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta itu.
“permisi mas, udah menikah?” tanya dafiya dengan wajah yang sedikit menunjukkan ketidaksukaan plus kelelahannya karena sehabis bertanding.
“eh.. ng.. belum mba. Kenapa ya?” jawab perempuan itu.
“tolong ya mba, bukan bermaksud untuk mengusik kesenangan mba, tapi ini kan tempat umum, banyak yang melihat. Dan mba menggunakan identitas muslim, yaitu jilbab. Tolong jaga itu ya mba. Dan mas, bisa kan ponsel mba ini dikasih baik-baik? Yasudah saya mau kesana dulu.. sekali lagi mohon maaf” sambil menunjukkan senyum memaksa, dafiya pun pergi.
“mm iya mba..” jawab mereka dengan wajah sedikit malu mungkin.
***
Huuuhh..
“kamu akan tau sendiri kenapa aku akhirnya memutuskan hubungan kita. Yaudah aku ngantuk mau tidur dulu. Udah ya vin, assalamualaikum” tanpa mendengarkan jawaban salam balik dari kelvin, dafiyapun langsung mematikan ponselnya.
Akhirnya saat dafiya ingin tertidur, dan ternyata dia tidak bisa. Sudah dipaksakan untuk memeramkan matanya, tapi tak kunjung lelap juga. Akhirnya dafiya memutuskan untuk sholat sunnah agar hatinya bisa tenang dan bisa diberikan petunjuk oleh Sang Pemilik Hati.
Setelah selelsai sholat, dafiya pun membuka kita suci al-qur’an dan membacanya. Saat membuka kitab suci tersebut, ternyata tak disangka dafiya langsung menuju qur’an surat an-nur ayat 31 yang berbunyi: “dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya..........” tanpa membaca ayat tersebut hingga tuntas, mata dafiya pun mulai digenangi oleh segumpalan air mata yang hendak jatuh ke pipinya. Dia menangis sejadi-jadinya diatas sajadah cinta-Nya.
“assalamualaikum sayang..” tiba-tiba pintu kamar terbuka, mungkin ibunya dafiya mendengar suara isak tangis anaknya dan menghampiri anaknya yang sedang menangis di atas sajadahnya itu.
“wa’alaikumsalam, masuk bu..” akhirnya dafiya pun meluapkan seluruh isi hatinya kepada sang ibu. Ibunya masih dalam keadaan menenangkan anaknya, dan setelah dafiya sedikit lebih tenang, mulailah ibunya memberikan wejangan-wejangan. Kata-kata terakhir darinya adalah,
“mungkin inilah petunjuk yang sudah Allah berikan untukmu nak, ikutilah kata hati kecilmu. Insya Allah kamu tidak akan salah melangkah.” Ibunya kembali memeluk buah hatinya.
***
Akhirnya Dafiya pun memutuskan untuk menutup auratnya keesokan hari saat pergi ke sekolah. Ya walaupun dia belum bisa meinggalkan hobinya bermain basket, tapi keputusan dia sudah bulat untuk memutuskan hubungan dengan kelvin. Dan mulai hari itu dia mendaftarkan diri untuk memasuki ekskul rohis di sekolah dan memperdalam ilmu agamanya. Semoga bisa terus istiqomah dijalan yang di ridhoi Allah.

Nama               : Santika Febriany
Facebook         : Santika Febriany
Blogger           : santikafebriany01.blogspot.com
Amanah           : kemarin doa, sekarang ikhtiar, besok kenyataan!